Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah bangunan sekolah mengalami rusak berat dan bahkan roboh dampak dari hujan lebat yang melanda berbagai daerah di Indonesia sepanjang pekan lalu. Satu yang paling tragis adalah robohnya tembok pembatas di MTsN 19 Jakarta yang menewaskan tiga murid pada Kamis lalu, 6 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekolah lain yang terdampak adalah SDN Kramatmanik 2, Kecamatan Angsana, Pandeglang, Banten. Salah satu bangunan ruang kelas di SDN itu roboh pada Jumat. Kemudian, tembok pagar SDN 2 Patemon, Semarang, Jawa Tengah, yang sepanjang 10 meter dan tinggi sekitar 2 meter juga roboh karena tidak kuat menahan tingginya intensitas hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu juga empat bangunan sekolah di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Satu di antaranya adalah SDN Gelang 7 di Kecamatan Sumberbaru yang atap dan bangunannya ambruk pada Sabtu. Dua lainnya adalah SDN Mojomulyo 2 di Kecamatan Puger, SDN Badean 1 di Kecamatan Bangsalsari, dan SDN Jember Lor 5.
Di SDN Mojomulyo 02 Puger, halaman sekolah tergerus air sehingga mengalami erosi dan tanah longsor. Beruntung kejadian bertepatan dengan hari libur nasional sehingga tidak ada korban.
Petugas melihat kondisi kerusakan empat ruang kelas SDN Gelang 7 di Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, Sabtu 8 Oktober 2022. Atap sebagian sekolah itu ambruk dalam hujan lebat yang terjadi di wilayah itu. (ANTARA/HO-BPBD Jember)
Sekolah Diminta tak Sungkan Pembelajaran ala Pengungsi dan Anak Jalanan
Pengamat pendidikan dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Asep Supena, menyarankan sekolah-sekolah memikirkan beberapa alternatif pembelajaran agar musim hujan tidak menghalangi efektivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). “Kita kan lebih penting fokus memikirkan alternatif belajar sehingga tidak kehilangan momen untuk belajar," katanya pada Minggu 9 Oktober 2022.
Alternatif pertama, menurut dia, mengaktifkan kembali e-learning atau belajar jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi. Kemudian jika kondisi fisik sekolah tidak mampu untuk mengadakan pembelajara tatap muka, sekolah bisa mencari tempat alternatif seperti gedung serbaguna sebagai tempat sementara.
“Kadang-kadang ada tempat belajar terbuka ya yang digunakan untuk para pengungsi atau anak jalanan," katanya sambil menambahkan, "Ide-ide seperti itu bisa dipakai sementara untuk mengatasi persoalan belajar.”
Asep juga menyarankan pemerintah untuk mengorientasikan beragam tempat-tempat serbaguna seperti Balai RW, lapangan hingga taman sebagai alternatif jangka panjang untuk dijadikan tempat sosial termasuk kegiatn belajar mengajar. Selain itu, penyesuaian jam belajar mengajar dinilainya juga menjadi alternatif yang cukup tepat mengingat hujan kerap terjadi pada sore.
“Materi bisa dipadatkan, sehingga waktu belajar bisa lebih pendek dan itu (materi pembelajaran yang kurang) bisa ditugaskan untuk belajar secara mandiri,” ucap dia.
Baca juga: Adu Tinggi Banjir dan Prestasi, Ini Tips dan Pengalaman dari Sekolah Unggulan SMAN 8 Jakarta
Lebih lanjut Asep juga mengingatkan kepala sekolah dan jajarannya untuk lebih cermat mengamati kondisi bangunan dan wilayah masing-masing sebagai langkah mitigasi agar tidak ada korban akibat runtuhnya bangunan sekolah.
“Sehingga bisa melaporkan secara dini kondisi tersebut dan bisa diantisipasi oleh Dinas Pendidikan sehingga bisa diminimalkan kemungkinan bencana yang lebih berat,” tuturnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.