Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Siswa Jepang Tewas Ditikam di China, Picu Krisis Diplomatik

Seorang siswa Jepang berusia 10 tahun meninggal satu hari setelah ditikam di dekat sekolahnya di China selatan

19 September 2024 | 17.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang siswa Jepang berusia 10 tahun meninggal satu hari setelah ditikam di dekat sekolahnya di China selatan. Anak laki-laki tersebut, yang bersekolah di Sekolah Jepang Shenzhen, meninggal karena luka-lukanya pada Kamis 19 September 2024, kata pejabat Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyerangnya, seorang pria berusia 44 tahun bermarga Zhong, ditangkap di tempat, kata polisi setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut serangan itu "sangat tercela" dan mengatakan Tokyo "sangat mendesak" Beijing untuk memberikan penjelasan "sesegera mungkin".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan kasus tersebut sedang diselidiki. Ia menambahkah Beijing dan Tokyo sedang “berkomunikasi”.

“China menyampaikan penyesalan dan kesedihannya atas terjadinya insiden malang seperti ini,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers pada Kamis.

Lin juga membenarkan bahwa anak laki-laki tersebut adalah warga negara Jepang dengan ayah berkewarganegaraan Jepang dan ibu berkebangsaan China.

Motif serangan itu belum diketahui. Namun beberapa pengamat menyatakan kekhawatirannya bahwa sentimen nasionalis di China mungkin akan meluas menjadi peningkatan kekerasan terhadap orang asing.

Pada Juni, seorang pria menargetkan seorang ibu asal Jepang dan anaknya di Kota Suzhou di bagian timur. Serangan itu juga terjadi di dekat sekolah Jepang dan menyebabkan kematian seorang warga negara China yang berusaha melindungi ibu dan putranya.

Sebelumnya pada Juni, empat guru Amerika ditikam di kota Jilin di bagian utara.

Beijing menggambarkan semua serangan ini – termasuk yang terjadi pada Rabu – sebagai “insiden tersendiri”. Dan pada Rabu, Lin mengatakan China akan terus “melindungi keselamatan semua orang asing di negaranya”.

Kedutaan Besar Jepang di Beijing meminta pemerintah China untuk “mencegah insiden serupa terjadi lagi”.

Beberapa orang berpendapat bahwa penikaman itu terjadi pada peringatan Insiden Mukden yang terkenal kejam, ketika Jepang memalsukan ledakan untuk membenarkan invasinya ke Manchuria pada 1931, sehingga memicu perang selama 14 tahun dengan China.

Hubungan kedua negara telah lama berlangsung sengit. Selama beberapa dekade, kedua belah pihak telah berselisih mengenai sejumlah isu, mulai dari keluhan sejarah hingga sengketa wilayah.

Seorang mantan diplomat Jepang mengatakan serangan pada Rabu di Shenzhen adalah “akibat dari pendidikan anti-Jepang selama bertahun-tahun” di sekolah-sekolah China.

“Hal ini telah mengorbankan nyawa berharga seorang anak Jepang,” Shingo Yamagami, mantan duta besar Jepang untuk Australia, menulis di X.

Beberapa sekolah Jepang di China telah menghubungi orang tua siswa dan membuat mereka waspada setelah terjadinya penikaman tersebut.

Sekolah Jepang Guangzhou membatalkan beberapa kegiatan dan memperingatkan agar tidak berbicara bahasa Jepang dengan suara keras di depan umum.

Awal tahun ini, pemerintah Jepang meminta sekitar US$2,5 juta untuk menyewa penjaga keamanan bus sekolah di China.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus