Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Serunya Final Kontes Robot Indonesia 2017: Isola versus Brahmana

Kontes Robot Indonesia 2017 melahirkan tim kampiun baru dari berbagai kampus di Indonesia yang bertarung di lima kategori atau divisi.

19 Juli 2017 | 10.55 WIB

Banner Kontes Robot Indonesia 2017 di halaman Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (TEMPO/Anwar Siswadi)
Perbesar
Banner Kontes Robot Indonesia 2017 di halaman Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (TEMPO/Anwar Siswadi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Kontes Robot Indonesia 2017 melahirkan tim kampiun baru dari berbagai kampus di Indonesia yang bertarung di lima kategori atau divisi. Salah satu divisi lomba yang unik dengan tantangan baru setiap tahun yaitu Kontes Robot ABU (Asia-Pacific Broadcasting Union) Indonesia.

Kali ini tim Brahmana dari Institut Sains & Teknologi Akademi Perindustrian (Akprind) Yogyakarta sukses memboyong gelar kampiun dan gelar strategi terbaik setelah mengalahkan tim tuan rumah dengan robot andalan Isola 229 di final yang berlangsung Ahad, 9 Juli 2017. Final diselenggarakan di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Baca: Komputer Robot Canggih Ini Bisa Membaca Bahasa Tubuh Anda


Grand final kategori robot Asia-Pacific Broadcasting Union dalam Kontes Robot Indonesia 2017 di UPI Bandung. (TEMPO/Anwar Siswadi)

Ketua umum kontes, Syaom Barliana mengatakan, ada 24 tim peserta yang bertanding di divisi Kontes Robot ABU dari total 93 tim peserta. Tim antara lain dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November, Institut Teknologi Bandung, Universitas Brawijaya, dan berbagai kampus swasta serta politeknik. "Kegiatan ini merupakan ajang pengembangan kreativitas mahasiswa dalam bidang teknologi robotika," katanya. Sejak 2009, kategori Kontes Robot Indonesia mengacu pada ketentuan dan tema ABU Robocon.

Panitia KRI 2017 menyediakan penghargaan bagi Tim Robot Juara Pertama, Juara Kedua, Juara Ketiga, Juara Harapan, Desain terbaik, Strategi terbaik dan penghargaan lain yang akan ditentukan oleh panitia kemudian. Juara pertama menerima piala bergilir Sambhawana Pratimacala.

Tim juga akan dikirim pemerintah ke ajang ABU Robocon 2017 di Ota Ward Gymnasium Tokyo, Jepang, yang berlangsung 26-28 Agustus mendatang. Tim Robot Indonesia akan berkompetisi dengan 20 tim robot luar negeri.

Kepala Subdirektorat Penalaran dan Kreativitas Direktorat Kemahasiswaan Widyo Winarso mengatakan masih ada level tingkat internasional lain yang akan diikuti oleh juara terpilih di KRI tingkat nasional ini. "Menjadi juara adalah bonus, yang utama membangun karakter dalam kontes ini, silaturahmi, dan kerjasama," kata Widyo di tempat yang sama.

Baca: Bersaing dengan Robot? Kuncinya Ada di Sekolah

Kontes Robot ABU Indonesia merupakan kategori yang sengaja disiapkan penyelenggara, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, untuk mendapatkan tim terbaik sebagai duta negara di ajang Robocon. Segala tata cara dan syarat pertandingannya di Kontes Robot Indonesia disamakan seperti aturan pada kompetisi internasional khusus mahasiswa di wilayah Asia Pasifik itu.

Persyaratan lomba diantaranya tim pemain maksimal berjumlah tiga orang. Setiap tim hanya diperbolehkan membuat sebuah robot yang lengkap dengan tempat pengisian cakram. Adapun ukuran robot maksimal sepanjang 1,5 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 1,8 meter. Dengan berat total tidak melebihi 25 kilogram.

Tim bisa mengendalikan robot secara manual atau otomatis. Kali ini pada penyelenggaraan acara tahunan yang bergilir di negara peserta dengan tantangan baru itu bertema The Landing Disc atau lempar cakram.

Baca: Ada Ribuan Sampah di Orbit Bumi, Ilmuwan Siapkan Robot Pembersih


Robot sepakbola beroda, salah satu kategori dalam Kontes Robot Indonesia 2017. (TEMPO/Anwar Siswadi)

Tema lomba Robocon itu tidak menjadikan robot seperti atlet pelempar cakram di lapangan atletik. Cakram yang digunakan seukuran piring bertumpuk tiga itu pun berbahan busa sehingga ringan.

Robot buatan tim mahasiswa juga tidak berwujud orang atau humanoid. Bentuknya lebih mirip rak persegi empat beroda dengan kerangka aluminium yang menopang mesin pelontar cakram serta rangkaian komponen elektronika.

Cara kerja robot seperti mesin pelontar bola tenis lapangan sebagai kawan latihan petenis. Bedanya, robot bikinan mahasiswa itu tidak bekerja secara otomatis karena masih mengandalkan pengguna sebagai pengendali.

Baca: Google Danai Proyek Jurnalisme oleh Robot

Anggota tim Brahmana dari Apkrind Yogyakarta, Adi Arifin, 21 tahun mengatakan, mereka membangun robot dari nol sejak Desember 2016. Tinggi robot tim Brahmana setinggi 120 sentimeter, lebar dan panjang masing-masing 90 sentimeter. Robot berbobot 24,6 kilogram tersebut memiliki tiga pengaturan kecepatan lemparan cakram, yaitu 500, 1.000, dan 1.500 revolution per minute (rpm).

Di arena sama yang berkarpet kuning saat grand final, Ahad sore, 9 Juli 2017, dua tim robot pelempar cakram saling berhadapan. Tim yang berhelm dan memakai rompi biru berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan robot andalan Isola 229. Di seberangnya bersiap tim Brahmana dari Akprind Yogyakarta dengan rompi dan helm merah.

Di hadapan kedua tim, tepatnya di tengah lapangan, berdiri tegak tujuh tiang atau pilar yang berjarak dengan tinggi berbeda-beda. Di setiap tiang yang beratap meja bundar berwarna putih, bertengger sebuah bola pantai berbahan karet dengan aneka warna sebagai target sasaran perdana.


Tim Brahmana dari Apkrind Yogyakarta dalam Kontes Robot Indonesia 2017. (TEMPO/Anwar Siswadi)

Baca: Mahasiswa Unair Bikin Robot Pembasmi Bakteri Penyebab Infeksi

Selanjutnya: Sebelum berlaga...


Sebelum berlaga, setiap robot harus diisi dengan tumpukan 50 cakram di sudut lapangan. Begitu pertandingan selama tiga menit itu dimulai, kedua robot bergegas menembaki bola dengan cakram dari lajur khusus di sisi lapangan.

Arena yang berbentuk persegi panjang itu berukuran sekitar 15x14 meter dan dibagi dua serta dikelilingi pembatas kayu. Pembagiannya meliputi Start Zone, Throwing Area, Loading Area, dan No Contact Area/Field.

Menjatuhkan setiap bola adalah misi pertama tanpa nilai. Misi kedua yaitu menempatkan cakram-cakram pada meja bundar berkaki tiang tunggal yang sebelumnya ditempati bola.

Baca: Mahasiswa Aceh Ciptakan Robot Pencari Korban Gempa


Suasana grand final Kontes Robot Indonesia 2017 di UPI Bandung, Ahad, 9 Juli 2017. (TEMPO/Anwar Siswadi)

Tiap kali menghantam untuk menjatuhkan bola, cakram bisa terpental ke lantai arena atau langsung jatuh ke meja. Juri akan menghitung nilai dari jumlah cakram yang berhasil mendarat di atas meja. Peluang besar kemenangan itu jika tim sanggup menempatkan cakram di semua meja atau Appare.

Tim Brahmana sebelumnya pernah meraih tiga kali Appare saat lomba penyisihan di tingkat regional di Yogyakarta medio Juni lalu juga di Bandung. Namun kesuksesan itu tidak berulang pada laga final tingkat nasional.

Diiringi suara ramai teriakan dukungan penonton, tim Brahmana meraih nilai 12 sementara lawannya hanya mengumpulkan skor 10. "Angin yang masuk jadi kendala juga sejak hari pertama lomba," kata anggota tim Brahmana, Rangga Sinatra, 20 tahun.

Saat pertemuan teknis dengan panitia, masalah itu disampaikan tim peserta. Namun pertandingan tetap harus berjalan karena celah angin di sekujur dinding gedung dinilai sulit diatasi panitia.

Baca: Sejarah Kecerdasan Buatan: Alan Turing hingga Robot Seks|

Pengaruh angin tentu berdampak pada bidikan cakram. Tanpa angin pun, kata Rangga, robot timnya belum stabil. Setiap habis melontarkan cakram, arah bidikan selanjutnya akan berubah. "Bisa geser ke kanan atau ke kiri sedikit, jadi tembakan belum konstan," ujarnya seusai lomba.

Robot buatan sendiri seharga Rp 40 juta itu juga setiap kali meluncurkan cakram, alat pelontarnya secara otomatis akan naik sendiri. "Kami pakai sensor ultrasonik supaya setiap kali naik 15 sentimeter pelontarnya berhenti dulu," kata Rangga.

Menjelang keberangkatan ke Jepang, tim robot Brahmana harus menyempurnakan segala kekurangan dan giat melatih robot serta pemain di lantai atas aula kampus Akprind, Yogyakarta. Tanpa gangguan angin, kata Rangga, mereka bisa menuntaskan misi dengan waktu tercepat 1,5 menit agar bisa mendapat tambahan nilai. Adapun saat final catatan waktunya 2 menit 25 detik.

Baca: Robot Seks hingga Mickey Mouse: 5 Robot dengan Kecerdasan Buatan

Simak berita lainnya tentang robot hanya di kanal Tekno Tempo.co.    

ANWAR SISWADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus