Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Hidroponik tanpa Listrik

Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran mengenalkan cara baru pertanian hidroponik. Sistem pengairannya tak memakai tenaga listrik.

14 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKEBUN di rumah dengan lahan yang sempit bisa disiasati dengan pola pertanian hidroponik, yang tidak menggunakan tanah. Tim mahasiswa dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran angkatan 2016 dan 2017 mengenalkan cara baru pertanian hidroponik. Sistem pengairannya, yang dinamakan Smart Watering, bekerja tanpa pompa listrik. Irigasinya mengandalkan gravitasi dan hukum Archimedes. "Prinsip tim kami adalah bertani tanpa ribet," ucap salah satu pembuatnya, Diki Abdulah, Ahad, 8 November lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diki bersama Chaerul Amin, Shilvya Dewi Agustien, Annisa Nurdiah, Salma Waffiyah, serta dosen pembimbing Sophia Dwiratna Nur Perwitasari menggarap Smart Watering sejak Maret lalu. Selain untuk menerapkan ilmu pertanian di bangku kuliah dan laboratorium, mereka ingin mengajak banyak orang menerapkan ketahanan pangan dengan cara yang mudah di rumah sendiri, khususnya bagi generasi milenial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Umumnya, kata Diki, pertanian hidroponik menggunakan sirkulasi air yang dicampur nutrisi sesuai dengan jenis tanamannya. Kelebihan sistem itu adalah menghemat air, tapi harus memakai listrik. Setrumnya digunakan untuk pompa yang berfungsi memutar siklus air. Dari kajian anggota tim pada contoh satu kali masa tanam sawi pagoda selama satu bulan, biaya listriknya sekitar Rp 66 ribu.

Beban setrum sebesar itu dari pemakaian pompa sebanyak 45 kilowatt-jam (kWh) dengan tarif Rp 1.467,28 per kWh. Pompa listrik itu berukuran 0,285 ampere, bertegangan 233,58 volt, dan berdaya 66,57 watt. Durasi pemakaian beragam, dari 11 hingga mayoritas selama 24 jam.

Smart Watering mengalirkan air bercampur nutrisi dengan gaya tarik bumi atau gravitasi. Dari tandon atau bak penampungan air, irigasi mengalir lewat slang ke pot-pot kecil khusus untuk hidroponik (netpot) yang dikumpulkan dalam suatu wadah (bucket). Wadah pot itu diberi penutup untuk menahan penguapan dari air yang menggenang di dalamnya.

Menurut Diki, Smart Watering memodifikasi sistem pertanian hidroponik tanpa listrik yang dikembangkan di luar negeri. "Modifikasi pada komponen-komponennya," ujar mahasiswa tingkat akhir itu. Kunci kepintaran sistem Smart Watering ada pada katup air khusus. Katup itu akan menutup otomatis jika genangan air di dalam bucket penuh. Katup akan terbuka kalau air kurang. "Penanda turun-naik air itu dari pelampung," katanya.

Dengan cara itu, pemakai Smart Watering bisa meninggalkan tanaman hidroponiknya sementara waktu jika ada pekerjaan lain misalnya selama satu-dua minggu. Setelah itu, air dan nutrisinya perlu diisi ulang ke tandon. Soal takaran nutrisi dan jumlah air yang dibutuhkan tergantung jenis tanaman. Riset dan pengembangan Smart Watering menggunakan dana hibah dari universitas untuk pra-startup dan Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia yang digelar pemerintah.

Sesuai dengan tujuan dan misi dari pendanaan hibah, hasil riset tim itu harus menjadi produk yang bisa dijual. Sejak Agustus lalu, Smart Watering telah meluncur 33 unit ke tangan pembelinya di Bandung, Cirebon, hingga Magelang. "Kebanyakan pemesannya ibu-ibu," tutur Diki. Paket kirimannya berisi sebuah tandon air, bucket, netpot, slang, media tanam, serta nutrisi untuk tanaman hidroponik. Semua komponen itu dirakit sendiri oleh pengguna sesuai dengan buku petunjuk.

Lewat beberapa akun media sosial mereka, tim melepas barangnya dengan harga Rp 750 ribu selama masa promosi. Harga normalnya, kata Diki, kurang dari Rp 1 juta. Sasaran pembelinya kelompok urban, termasuk milenial. Rencana ke depan, mereka akan terus mengembangkan Smart Watering untuk budi daya tanaman hias.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus