Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Suhu udara di atas 38 derajat Celsius kembali terjadi di Indonesia. Selama 3 hari berturut-turut, suhu di Kertajati berada di posisi puncak terpanas. Kertajati merupakan nama kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang kini menjadi lokasi bandar udara besar di provinsi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tanggal 26 Oktober 2023, suhu maksimum harian di wilayah Kertajati mencapai 38,8 °C, dan pada tanggal 27 Oktober 2023 mencapai 38,3 °C. Pada tanggal 28 Oktober 2023 meningkat menjadi 39,3 °C. Apa penyebab suhu tinggi ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN banyak faktor yang mempengaruhi suhu maksimum klimatologi di suatu tempat. “Kertajati berada di wilayah dataran rendah sehingga suhu cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pegunungan yang lebih dingin,” katanya, Minggu, 29 Oktober 2023. Selain itu, wilayah Kertajati memiliki permukaan yang relatif datar sehingga transfer panas dari permukaan ke atmosfer menjadi optimal.
Permukaan yang datar juga menyebabkan lebih sedikit pergerakan angin dan panas, cenderung terperangkap di itu. Wilayah ini juga berada cukup dekat dengan Laut Jawa, sehingga dipengaruhi oleh aliran udara hangat dari lautan. Ditambah lagi, pegunungan yang berada di selatan cenderung memblok aliran udara hangat tersebut.
Didi juga menyebut adanya faktor geografis. Menurutnya, suhu tinggi yang terpantau di wilayah Kertajati beberapa hari ini terutama disebabkan oleh faktor meteorologis, yaitu rendahnya kandungan uap air dan minimnya tutupan awan di wilayah ini. Ia memperlihatkan keadaan ini lewat tangkapan layar dari sadewa.brin.go.id.
“Kelembaban relatif di Kertajati pada tanggal 28 Oktober 2023 jam 14.00 WIB hanya sekitar 20 persen," kata Didi. Hal ini tentunya dipengaruhi juga oleh kondisi El-Nino dan IOD positif yang menyebabkan musim kemarau yang lebih kering dari biasanya. Didi sekilas membandingkan dengan kandungan uap air untuk wilayah NTT tanggal 26-27 Oktober 2023 yang terpantau lebih tinggi, sekitar 60-70 persen.
Ketika tutupan awan minimal, maka radiasi matahari akan mencapai permukaan bumi tanpa halangan apa pun sehingga suhu udara akan meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada siang hari sekitar jam 13-14 waktu setempat.
Ia juga menjelaskan bahwa saat ini, wilayah Pulau Jawa juga menghadapi masa peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan atau dikenal sebagai musim pancaroba. Pada saat pancaroba, angin Monsun Australia cenderung berfluktuasi tetapi secara umum melemah. Sementara, angin Monsun Asia yang menandai musim hujan belum sepenuhnya terbentuk. Pada saat musim pancaroba, pemanasan lokal biasanya menjadi lebih dominan.
Menurut dia, apabila tersedia uap air yang cukup, proses konveksi, pertumbuhan awan dan hujan dapat terjadi pada siang/sore hari. Sedangkan ketika kandungan uap air sedikit, awan cenderung tidak dapat terbentuk dan cuaca cenderung panas pada siang/sore hari. "Menghadapi musim pancaroba, kita perlu lebih waspada terhadap cuaca yang berubah-ubah, termasuk perubahan arah dan kecepatan angin, suhu, kelembaban, pertumbuhan awan dan hujan," kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.