Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Link Net Tbk, salah satu penguasa pasar internet berbasis kabel atau fixed broadband terbesar di Indonesia, masih mengkaji rencana peningkatan standar kecepatan internet yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Director and Chief Technology Officer Link Net, Edward Sanusi, memastikan perusahannya selalu mendukung program peningkatan standar layanan internet di dalam negeri. Namun, target internet kencang yang diwacanakan tak boleh kurang dari 100 Megabit per detik (Mbpas) itu membutuhkan penyesuaian dalam hal kesiapan jaringan, maupun harga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami pelajari terlebih dahulu. Fokus utama kami adalah menilai peluang dan implikasinya terhadap pelanggan,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peningkatan kualitas, Edward meneruskan, menjadi salah satu komitmen utama Link Net yang sudah 20 tahun berkecimpung dalam industri internet. Dia memastikan manajemen selalu terbuka untuk berdiskusi dengan regulator. “Kami akan terus mengamati situasi ini dan berupaya menghadirkan solusi terbaik bagi kebutuhan pelanggan kami.”
Wacana penetapan batas kecepatan internet itu sebelumnya digaungkan oleh Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi. Dia mempertanyakan soal maraknya penjualan paket internet berkecepatan rendah, padahal urusan transmisi data sudah menjadi kebutuhan pokok. Speedtest Global Index mencatat laju fixed broadband di Tanah Air hanya berkisar 27,87 Mbps.
Di Asia Tenggara sekalipun, kecepatan koneksi itu hanya unggul dari Myanmar dan Timor Leste. Koneksi fixed broadband Singapura, sebagai perbandingan, menjadi yang tercepat di dunia dengan 270,62 Mbps. “Makanya, saya akan buat kebijakan untuk mengharuskan mereka menjual fixed internet broadband dengan kecepatan 100 Mbps,” ujar Budi dalam keterangan tertulis.
Pasar Fixed Broad Didominasi Indihome
Merujuk survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Mei 2023, sebanyak 54,21 persen pangsa pasar fixed broadband domestik dikuasai IndiHome milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. First Media yang terafiliasi dengan PT Link Net Tbk berada di tempat kedua, namun dengan pangsa yang jauh lebih kecil, sekitar 3,19 persen. Penyedia fixed broadband lain yang juga sedang menumbuhkan pasar, antara lain Iconnet milik PT Indonesia Comnets Plus (ICON+), anak usaha PT PLN (Persero), serta Biznet dari PT Supra Primatama Nusantara.
Vice President Home Broadband and Fixed Mobile Convergence Consumer Marketing PT Telekomunikasi Seluler atau Telkomsel, Dedi Suherman, menyebut sudah banyak varian paket Indihome 100 Mbps ke atas yang tersedia untuk pelanggan. “Kecepatan internet yang tinggi tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada pelanggan, tapi juga membuka peluang dan mendorong pertumbuhan beragam industri digital kreatif.”
Produk internet milik anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk sudah dipakai lebih dari 8,5 juta pelanggan menjelang akhir tahun lalu. Hanya tiga bulan sejak disatukan dengan Telkomsel, IndiHome langsung menggalang 205 ribu pelanggan baru. Salah satu layanan internet kencang Indihome adalah Paket Jaringan Internet Unlimited (JITU) yang koneksinya melebihi 100 Mbps.
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology Institute (ICT), Heru Sutadi, menyebut masing-masing negara memiliki strategi tersendiri untuk menumbuhkan pasar internet. Daripada langsung mematok 100 Mbps, dia meminta Kominfo mengevaluasi dulu tingkat permintaan koneksi cepat di Indonesia. “Pasar Indonesia cenderung memakai layanan berbasis kuota, bukan kecepatan. Konsumen rumah tangga biasanya sudah cocok dengan speed minimal rata2 50-60 Mbps.”
Simak ulasan yang lebih lengkap mengenai tantangan pengembangan internet di Laporan Premium Tempo; Jalan Terjal Internet Kencang