ADA teka-teki musykil yang menggoda hati para ilmuwan abad ini. Sampai sekian jauh, teori paling fundamental dalam fisika modern, agaknya, ialah keyakinan bahwa tak ada benda yang mampu bergerak lebih cepat dari cahaya. Tetapi, belakangan ini, para pengamat makin sering menerima laporan saksi mata yang menakjubkan. Mereka, konon, melihat benda-benda yang bergerak di ruang angkasa dalam kecepatan 15 kali kecepatan cahaya. Berbagai penjelasan berusaha menerangkan gejala ajaib ini. Namun, semuanya tetap meninggalkan pertanyaan mendasar yang belum terjawab. Salah satu teori berhubungan dengan "gerakan efek", misalnya bila kita tiba-tiba menyalakan senter yang diarahkan ke dinding pada jarak tertentu. Batas kecepatan cahaya memang tak bisa dikenakan pada gerakan efek, seperti halnya pada gerakan benda-benda material. Efek seperti itulah yang terlihat oleh para astronom di bumi, bila mereka mengamati penyalaan selubung gas berbentuk bola yang diakibatkan oleh peledakan sebuah bintang pada intinya. Cahaya ledakan itu akan mencapai seluruh bagian selubung dalam waktu bersamaan. Tetapi, dari bumi, yang pertama kali terlihat adalah nyala dari bagian yang terdekat. Pada saat tiba di bumi, cahaya pertama ini membentuk cincin menyala yang memberi kcsan benda tertentu. "Cincin" ini muncul lebih dulu dari cahaya yang menyusul kemudian, sehmgga setiap pengamat yang menyaksikan peristiwa ini mendapat kesan salah - atau ilusi. Pada "penampakan" mereka, "cincin " tadi tiba lebih dulu di bumi dari cahaya yang sebetulnya - dan dengan demikian melesat lebih pesat dari kecepatan cahaya. Astronomi radio juga ikut "menemukan" bcnda-benda lebih jauh yang, sementara ini, diduga bergerak melebihi kecepatan cahaya. Dinamakan benda-benda superluminal, jenis ini ternyata tak bisa dikenakan begitu saja pada teori gerakan efek. Penjelasan yang paling disenangi, sekarang ini, ialah bahwa benda-benda itu sebetulnya hanya bergerak dalam kecepatan yang mendekati suara, dan dengan arah yang hampir langsung menuju bumi. Berdasarkan sebuah perhitungan, benda-benda aneh itu sebetulnya tidak melesat langsung ke bumi, melainkan bergerak dalam sudut sekitar 80 dari garis lurus. Letaknya sendiri sangat jauh di dirgantara sana. Untuk melukiskan kesan yang timbul dari benda-benda angkasa ini, diambilkan contoh tentang seorang pengamat yang berdiri di bumi dan memandang ke bulan. Pada suatu saat, sebuah roket dinyalakan dari sisi gelap bulan yang baru muncul. Nyala itu terlihat jelas oleh pengamat tadi. Kemudian, selang sepersekian detik, sang pengamat melihat setitik cahaya: roket itu sendiri. Titik itu terlihat jauh di sisi bulan yang lain. Misalkan roket itu terbang dalam kecepatan mendekati cahaya: 300.000 km/detik. Ia tiba di bumi dengan selisih waktu yang sangat singkat dengan nyala pertama, yaitu saat roket diluncurkan. Selisih waktu ini membawa kesan bahwa roket tadi terbang melebihi kecepatan cahaya. Padahal, nyala pertama membutuhkan perialanan 386.640 km sebelum sampai di bumi. Kini, sekitar tujuh benda superluminal telah dipetakan oleh jaringan teleskop radio di Amerika Serikat dan Eropa. Dalam sebuah makalah yang diturunkan R.L. Moore dan A.C.S. Readhead, keduanya dari Institut Teknologi California, dan L. Baath dari Onsala, Swedia, dalam jurnal Nature baru-baru ini, disebutkan akselerasi sebuah superluminal terbaru yang berkisar dari 6,8 ke 11,2 kali kecepatan cahaya. Tetapi, menurut Dr. Marshall H. Cohen dari Institut Teknologi California, teka-teki kecepatan itu lebih banyak tergantung pada jarak benda-benda angkasa tadi dengan posisi pengamat di bumi. Cohen, yang memainkan peranan memimpin dalam pemecahan teka-teki kecepatan ini, belum yakin bahwa benda-benda angkasa itu memiliki kecepatan melebihi cahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini