Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang JF-17 Thunder, yang jadi ujung tombak ekspor jet tempur Cina. Ini bukan sembarang jet, karena ada unsur MiG-21 dan F-16 Fighting Falcon.
Berita populer Tekno lainnya adalah ledakan dan kilatan cahaya berwarna hijau yang dilaporkan pada hari Minggu, 29 Desember 2019, oleh lebih dari dua lusin orang di wilayah Saratoga, New York, diduga merupakan sebuah meteor. Dan rencana memodifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan tinggi di Jabodetabek mengandung risiko.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
1. JF-17, Jet Tempur Murah Cina Perpaduan MiG-21 dan F-16
JF-17 Thunder jadi ujung tombak ekspor jet tempur Cina. Ini bukan sembarang jet, karena ada unsur MiG-21 dan F-16 Fighting Falcon.
Di luar itu, harga yang berkisar 15 juta - 16 juta dollar AS, menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara berkembang untuk mendapatkan jet tempur lumayan canggih dengan harga miring.
JF-17 dibangun cukup lama, dan sempat melibatkan Amerika di beberapa bagian. Dari segi desain, ini merupakan perpaduan dari MiG-21 dan F-16 Fighting Falcon.
2. Tiga Meteor Menuju Bumi, Satu Diduga Meledak di Atas New York
Sebuah ledakan dan kilatan lampu hijau yang dilaporkan pada hari Minggu, 29 Desember 2019, oleh lebih dari dua lusin orang di wilayah Saratoga, New York, diduga merupakan sebuah meteor.
Sekitar 30 panggilan dilakukan ke 911 pada sekitar pukul 10:45 Minggu malam melaporkan "ledakan keras yang mengguncang rumah dan menerangi langit hijau," kata deputi sheriff sebagaimana dilaporkan Kiro7, 31 Desember 2019. Panggilanitu datang dari Edinburg, Providence, Galway, Greenfield, Milton dan Ballston Spa, menurut pejabat.
Sheriff Michael Zurlo mengatakan kepada WRGB bahwa pihak berwenang pada awalnya mengira sebuah transformator mungkin akan meledak, tetapi dia mengatakan bahwa jika itu masalahnya, laporan daerah itu akan jauh lebih kecil.
3. Risiko Modifikasi Cuaca Pencegah Curah Hujan Tinggi Jabodetabek
Rencana memodifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan tinggi di Jabodetabek mengandung risiko. Menurut Kepala Pusat Sains dan Teknologi Sains Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Halimurrahman, pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca dalam kasus tertentu memungkinkan.
“Hanya untuk diterapkan pada kasus seperti hujan ekstrim Jakarta kemarin perlu dikaji secara hati-hati,” ujarnya saat dihubungi Kamis 2 Januari 2020.
Menurut Halim, awan konveksi atau awan berbentuk kumulus dalam lapisan atmosfer yang tidak stabil muncul sangat luas dan intens. Pada fenomena cold surge atau udara dingin yang menjalar dari Asia ke Indonesia dinamikanya sangat berbeda dibanding konvektif biasa karena ada desakan udara dingin dari utara. “Hal lain terkait penerapan modifikasi cuaca yaitu mengubah keseimbangan alam.”
Selain tiga berita terpopuler hari ini, Anda bisa membaca berita hari ini seputar sains dan teknologi hanya di kanal Tekno Tempo.co.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini