Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Kemarin, Senin 18 April 2022, dipuncaki artikel dari perang di Eropa. Satu alat perang hebat Rusia diduga telah absen di invasi ke Ukraina, yakni jet tempur Sukhoi Su-57. Dimanakah pesawat berkemampuan siluman, penantang F-22 Raptor Amerika Serikat dan J-20 Cina tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terpopuler kedua adalah artikel berjudul 'Mengenali Rudal P-1000 Vulkan, Persenjataan Kapal Perang Rusia di Laut Hitam'. Artikel berbasis peristiwa kapal perang Rusia, Moskva, terbakar dan tenggelam setelah mengalami kebakaran. Ukraina mengklaim kebakaran karena hantaman rudalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terpopuler ketiga berita dosen bergelar profesor Universitas Gadjah Mada (UGM), Karna Wijaya, menghadiri sidang etik yang digelar kampusnya pada Senin. Sidang digelar untuk klarifikasi unggahan Karna di media sosial yang diduga menghina Ade Armando, dosen Universitas Indonesia yang dikeroyok massa saat demo di DPR pada 11 April lalu.
Berikut Top 3 Tekno Berita Kemarin, Senin 18 April 2022,
1. Mencari Pesawat Siluman Sukhoi Su-57 dalam Perang di Ukraina
Satu alat perang hebat Rusia diduga telah absen di invasi ke Ukraina, yakni jet tempur Sukhoi Su-57. Diungkap pertama pada 2010, Su-57 awalnya dimaksudkan menjadi jet tempur generasi kelima Rusia pertama, sebuah pesawat dengan kemampuan siluman baik untuk misi udara-ke-udara maupun udara-ke-darat. Hingga kini, jet tempur bomber futuristis ini masih jauh dari harapan bisa bergabung di Angkatan Udara Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina sejak akhir Februari lalu telah mengerahkan kekuatan utama Angkatan Udara Rusia tersebut. Pesawat-pesawat tempur Sukhoi Su-30 SM dan Su-35, pesawat serang Su-34 dan pendukung Su-25 berkerumun di pangkalan udara di Rusia sebelah barat dan Belarusia, dan mulai menuntaskan misi masing-masing di langit Ukraina. Tapi tak terlihat Su-57 di antara mereka.
Mesin 'tahap kedua' Su-57 yang sangat penting yang akan memberikan pesawat tempur dengan kecepatan jelajah supersonik dikatakan masih dalam pengujian meskipun tes penerbangan dimulai pada Desember 2017. Foto : TASS
Dikenal NATO sebagai 'Felon', Sukhoi Su-57 sejatinya menjadi jet tempur generasi baru Rusia yang pertama, yang benar-benar berbeda dari desain jet tempur era perang dingin. Su-57 adalah jet tempur Rusia pertama yang didesain berkemampuan siluman sedari awal atau kemampuan yang disebutnya sebagai pesawat tempur generasi kelima, bersaing dengan F-22 Raptor Amerika Serikat dan J-20 Cina.
2. Mengenali Rudal P-1000 Vulkan, Persenjataan Kapal Perang Rusia di Laut Hitam
Kapal perang angkatan laut Rusia di Laut Hitam rusak akibat ledakan amunisi. "Kapal perang rusak parah akibat kebakaran. Amunisi diledakkan di kapal penjelajah rudal Moskva," menurut keterangan Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir France 24, Kamis, 14 April 2022.
Gubernur Odessa Maksym Marchenko mengatakan, pasukan Ukraina telah menyerang kapal perang Moskva menggunakan serangan rudal.
Kapal perang utama Rusia, Moskva tenggelam di Laut Hitam pada hari Kamis, 14 April 2022. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutnya akibat ledakan amunisi di kapal, sedangkan Ukraina mengklaim menenggelamkan kapal tersebt dengan rudal. REUTERS/Stringer
“Rudal Neptunus (di Laut Hitam) menyebabkan kerusakan yang sangat serius kapal Rusia. Kemuliaan bagi Ukraina!" ujar Maksym Marchenko.
3. Disidang Soal Ade Armando, Dosen UGM Akui Unggahannya Keliru Pilih Diksi
Dosen bergelar profesor Universitas Gadjah Mada (UGM) Karna Wijaya menghadiri sidang etik yang digelar kampus UGM pada Senin, 18 April 2022. Sidang digelar untuk klarifikasi unggahan Karna di media sosial yang diduga menghina Ade Armando, dosen Universitas Indonesia yang dikeroyok saat demo di DPR pada 11 April lalu.
Kepala Bagian Humas dan Protokol, Dina W Kariodimedjo mengatakan dari hasil klarifikasi itu Karna mengakui keliru dalam memilih diksi ketika berkomentar soal Ade di postingannya. "Yang bersangkutan mengakui ada pilihan kata (diksi) yang tidak tepat dalam postingannya di media sosial," kata Dina.
Prof Karna Wijaya. Dok. Istimewa
Dari klarifikasi Karna itu, Dina menegaskan ada pihak-pihak lain yang berupaya melakukan tindakan untuk menimbulkan kebencian terhadap dosen itu terkait radikalisme. "Beliau sudah menegaskan dirinya tidak ada kaitan sama sekali dengan radikalisme," kata dia.