Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tunas Kapas di Sisi Gelap Bulan

Benih kapas yang dibawa wahana antariksa Cina, yang mendarat di sisi gelap bulan, sempat bertunas sebelum mati kedinginan. Membuka jalan bagi misi koloni manusia di bulan.

18 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto benih kapas yang bertunas di dalam silinder percobaan yang dibawa Chang’e 4 ke bulan./Chongqing University

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah foto dari suatu tempat di sisi jauh bulan dirilis Badan Antariksa Nasional Cina (CNSA), Senin dua pekan lalu. Gambar yang tak terlalu terfokus itu memperlihatkan sebuah tunas hijau yang menyeruak dari tanah, yang kisi-kisi Styrofoam-nya berbunga es di dalam silinder aluminium percobaan biosfer.

Tim ilmuwan dari 28 perguruan tinggi Cina di bawah pimpinan Chongqing University menempatkan silinder percobaan berbobot 2,6 kilogram dengan volume 1 liter itu di dalam wahana antariksa Chang’e 4, yang mendarat mulus di permukaan bulan pada 2 Januari lalu.

Tunas yang diyakini muncul dari benih kapas itu satu dari enam spesies yang diboyong Chang’e 4 dalam misi pendaratan ke sisi tergelap bulan, yakni belahan bulan yang tak pernah tampak dari bumi. Lima spesies lain adalah kentang, kanola, Arabidopsis thaliana (sejenis seledri), telur lalat buah, dan jamur untuk percobaan mengamati tingkat keberhasilan fotosintesis serta kemungkinan hidup flora dan fauna di lingkungan bulan.

Misi Keempat Cina ke Bulan

Keenam spesies makhluk hidup bumi itu diharapkan dapat menciptakan ekosistem simbiosis mutualisme. Tanaman akan menyediakan oksigen untuk lalat buah. Sebaliknya, kotoran lalat buah menjadi sumber karbondioksida untuk fotosintesis dan nutrisi bagi tanaman. “Kami ingin mempelajari proses respirasi benih dan fotosintesis di bulan,” ujar Xie Gengxin, kepala perancang percobaan yang juga dekan Institute of Advanced Technology Chongqing University kepada kantor berita Xinhua.

Namun tunas kapas tersebut mati karena tak mampu bertahan dalam dinginnya malam permukaan bulan yang suhunya dapat mencapai minus 180 derajat Celsius. “Suhu di dalam silinder percobaan mencapai minus 52 derajat Celsius dan percobaan pun berakhir,” ujar Liu Hanlong, kepala eksperimen dan Wakil Rektor Chongqing University, dalam jumpa pers, Selasa pekan lalu. Menurut Liu, terjadi kegagalan sistem pengendali panas di dalam silinder percobaan pada malam hari karena tidak ada baterai.

Meski percobaan ini sudah berhenti, Cina telah mengukir sejarah sebagai negara pertama yang berhasil menumbuhkan tanaman di permukaan selain bumi. Sebelumnya Cina juga menjadi negara pertama yang mendaratkan wahana antariksa di sisi tergelap bulan, yakni di dasar kawah berdiameter 186 kilometer yang dinamai Von Kármán yang berada di kawasan kolam Aitken dekat Kutub Selatan.

Sisi jauh atau sisi tergelap bulan adalah istilah untuk belahan lain bulan yang tak pernah terlihat dari bumi. Setiap kali muncul bulan purnama, orang hanya melihat sketsa seperti wajah manusia di permukaan bulan yang dijuluki “Man in the Moon”. Hal ini terjadi karena durasi rotasi bulan sama persis dengan waktu yang dibutuhkannya untuk mengitari bumi, yakni 27 hari.

Chang’e 4, yang dinamai dari Dewi Bulan dalam mitologi Cina kuno, adalah wahana pendarat bulan (lander) Cina kedua dalam Program Eksplorasi Bulan Cina yang sukses mendarat di bulan. Pendahulunya, Chang’e 3, yang diluncurkan pada 1 Desember 2013, mendarat di sisi dekat bulan, yakni di dekat situs Sinus Iridum, pada 14 Desember 2013. Chang’e 3, yang berbobot 1.200 kilogram, membawa wahana penjelajah (rover) Yutu. Chang’e 3 menjadi wahana antariksa pertama yang berhasil mendarat mulus di permukaan bulan dalam 37 tahun terakhir setelah wahana antariksa Rusia, Luna 24, pada 1976.

Chang’e 3 dan Yutu, yang berarti Kelinci- Giok, berhasil melakukan serangkaian penelitian. Di antaranya membuat profil geologi bulan, melakukan survei antariksa dari bulan menggunakan teleskop optis, dan membuktikan tidak ada air di permukaan bulan. Adapun pendahulu Chang’e 3 adalah wahana pengorbit Chang’e 1 dan Chang’e 2, yang mengumpulkan data untuk misi selanjutnya.

Chang’e 4 akan menjalankan misi selama 12 bulan, sementara Yutu 2 direncanakan tiga bulan bertugas. Misi keempat dalam Program Eksplorasi Bulan Cina ini antara lain bertujuan menganalisis komposisi kimiawi tanah dan bebatuan bulan, meng-ukur temperatur di permukaan bulan, melakukan pengamatan astronomi dengan teleskop optis, mempelajari sinar-sinar kosmis, serta mengamati pertumbuhan flora dan fauna bumi di permukaan bulan.

DODY HIDAYAT (QBTIMES.COM, SPACE.COM, DAILYMAIL.CO.UK)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Dody Hidayat

Dody Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini, alumnus Universitas Gunadarma ini mengasuh rubrik Ilmu & Teknologi, Lingkungan, Digital, dan Olahraga. Anggota tim penyusun Ensiklopedia Iptek dan Ensiklopedia Pengetahuan Populer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus