Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muda, gesit, berbakat, dan populer. Kyler Murray,- mahasiswa University of Oklahoma, Amerika Serikat, tampaknya memiliki semua yang dibutuhkan untuk membuka pintu kariernya menjadi atlet papan atas. Kemampuan bermain dalam dua cabang olahraga yang sangat berbeda, bisbol dan sepak bola khas Amerika Serikat (American football), membuat Murray menjadi incaran klub-klub profesional.
Penghargaan Manning yang diterima Murray, Kamis pekan lalu, mengukuhkan statusnya sebagai quarterback—pengumpan bola dan pengatur strategi di tim football—terbaik tingkat universitas di Amerika. “Aku merasa terhormat bisa mendapatkan penghargaan ini,” ujar pemuda 21 tahun itu seperti ditulis Sooners Sports. “Kami menjalani musim yang luar biasa dan aku berbagi penghargaan ini dengan seluruh tim.”
Murray memimpin timnya, Oklahoma Sooners, meraih 12 kemenangan dari 14 kali bertanding sepanjang 2018. Pada awal Desember lalu, Murray juga mendapatkan Piala Heisman, penghargaan untuk atlet football terbaik tingkat mahasiswa. Selama musim 2018, prestasinya sebagai pemain sangat kinclong dengan mencetak total jarak lemparan umpan lebih dari 3.600 meter dan 54 touchdown—mencetak skor dengan poin tertinggi.
Meski jago di football, Murray justru lebih dulu mendapatkan kontrak profesional sebagai pemain bisbol. Bakatnya dalam olahraga memukul bola ini lebih dulu bersinar sejak ia bersekolah di Allen High School, Texas. Pada 2015, ketika usianya 18 tahun, Murray bahkan telah diperhitungkan sebagai pemain top untuk masuk ke draft (sesi pemilihan pemain) Major League Baseball—liga bisbol profesional Amerika Serikat.
Setelah lulus sekolah menengah atas, Murray justru mengabaikan peluang ke Major League Baseball (MLB) dan bergabung dengan tim football kampus -Texas A&M University sebagai quarterback. Ayahnya, Kevin, dulu juga menjadi quarterback di tim kampus ini. Tak sampai setahun, Murray malah pindah ke University of Oklahoma, yang membuat popularitasnya sebagai atlet melejit.
Adalah Oakland Athletics, tim MLB, yang berhasil mendapatkan tanda tangan Murray dalam draft pemain pada Juni tahun lalu. Padahal saat itu Murray justru lebih sibuk bermain football. Bukan cuma kontrak bermain, Oakland Athletics juga memberikan uang bonus sebesar US$ 4,7 juta (sekitar Rp 66 miliar) agar Murray bersedia meninggalkan football. Toh, ia masih diizinkan bermain football pada musim terakhirnya bersama Oklahoma -Sooners.
Oakland Athletics memberi lampu hijau karena merasa sudah berhasil mengamankan posisi Murray. Lagi pula dia belum tentu menjadi quarterback utama di Oklahoma Sooners. Namun Murray tak sekadar menyelesaikan kompetisi terakhirnya di level kampus. Prestasinya di lapangan football justru melejit sehingga dia dijuluki quarterback terbaik di Texas.
Murray kini masuk daftar incaran para pemburu atlet football. Dia bahkan disebut-sebut sebagai atlet paling top untuk masuk draft putaran pertama National Football League (NFL). Bak gayung bersambut, lewat akun Twitternya pada Senin pekan lalu, Murray menyatakan ingin ikut draft NFL, yang dibuka pada 26 April mendatang.
Pengumuman Murray membuat heboh. Dia bisa saja menjadi atlet pertama yang dipilih dalam draft putaran pertama di MLB dan NFL. “Aku selalu merasa bisa bermain di NFL,” ucap Murray. “Aku sudah memainkan olahraga ini sepanjang hidupku dan rasanya aku nanti bisa melakukannya.”
Kliff Kingsbury, pelatih utama Arizona Cardinals, yang mendapatkan kesempatan pertama memilih dalam draft NFL pada April nanti, mengatakan akan senang hati mengambil Murray. “Aku tahu dia sudah ada kontrak bermain bisbol,” katanya. “Tapi dia adalah atlet football yang bagus dan aku jelas akan memilihnya.”
Ini bukan pertama kalinya ada atlet dengan kondisi seperti Murray: atlet berbakat dan memiliki peluang ganda dalam menentukan karier. Umumnya mereka yang memiliki kemampuan “super” itu memilih untuk menekuni satu cabang olahraga saja di level profesional. Ada kalanya mereka berpindah cabang olahraga ketika merasa kariernya mentok.
Pada 2002, seperti ditulis BBC, Brandon Weeden dipilih New York Yankees. Namun karier bisbolnya malah macet dan dia memilih kuliah lagi. Tujuh tahun lalu namanya muncul lagi, tapi dalam draft NFL dan dia dipilih oleh Cleveland Browns. Berusia 28 tahun, Weeden menjadi pemain tertua yang pernah terpilih dalam draft NFL putaran pertama. Kini Weeden menjadi quarterback di Houston Texans.
Juga ada Charlie Ward, yang meraih Piala Heisman ketika menjadi quarterback untuk Florida State University pada 1994. Namun atlet berbakat itu pindah haluan ke cabang olahraga bola basket ketika tak terpilih dalam draft putaran pertama NFL. Dia mencatat karier cukup bagus bermain di Liga Basket Amerika bersama New York Knicks selama satu dekade.
Deion “Prime Time” Sanders adalah bintang paling bersinar yang bisa tampil di liga bisbol dan football profesional dua dekade lalu. Sanders, yang pernah bermain bisbol dan football pada hari yang sama, menghabiskan 14 tahun kariernya di NFL dan sembilan tahun di MLB. Namun Sanders bukan quarterback, melainkan cornerback.
Menurut Sanders, Kyler Murray bakal kesulitan bermain dalam dua liga itu. Apalagi kompetisi saat ini jauh lebih ketat ketimbang eranya dulu. Dia justru menyarankan Murray berkonsentrasi di bisbol. “Jika aku berada di posisinya saat ini, aku sudah pasti mengambil pemukul bisbol itu dan tak akan berpaling lagi,” ujarnya seperti dilaporkan ESPN.
Football dikenal sebagai olahraga berbahaya karena melibatkan kontak fisik keras dan baku jegal. Gara-gara risiko cedera yang tinggi, rentang karier atlet football relatif pendek ketimbang mereka yang bermain di cabang bisbol atau bola basket. Meski demikian, football menjadi “tambang emas” menggiurkan bagi para atlet.
Dalam durasi karier yang lebih singkat, football menawarkan pundi uang lebih banyak. Seperti dilaporkan The Guardian- pekan lalu, rata-rata penghasilan atlet football sebesar US$ 4,5 juta atau setara dengan Rp 64 miliar per tahun. Jumlah itu jauh di atas rata-rata penghasilan atlet bisbol sebesar Rp 41 miliar per tahun.
Quarterback biasanya mendapat bayaran paling tinggi. Lebih dari separuh quarterback NFL saat ini berpendapatan setidaknya Rp 141 miliar setahun. Baker -Mayfield, quarterback top pilihan tahun lalu, mendapatkan kontrak senilai Rp 310 miliar. Pendapatan Mayfield—dulu sekampus dengan Murray—untuk empat tahun bermain di Cleveland Browns mencapai Rp 455 miliar.
Popularitas atlet football juga membawa keuntungan di luar lapangan. Pendapatan mereka dari sponsor dan produk iklan bahkan bisa lebih besar daripada gaji mereka di klub. Para pemain MLB jelas butuh jalan lebih panjang untuk mendapatkan uang dan pamor menyaingi rekan-rekan mereka di NFL.
Menurut Brian Jordan, mantan atlet yang menghabiskan 15 tahun kariernya di MLB, bisbol adalah permainan yang lebih aman ketimbang football. Karier atlet bisbol pun bisa mencapai 20 tahun. Murray, kata Jordan, bisa bermain sangat lama dan meraup uang banyak dari bisbol. “Tapi dia juga quarterback elite dan bisa mendapatkan uang banyak dalam tiga tahun,” ucapnya seperti ditulis CBS Sports.
Meski berbakat, fisik Murray dinilai belum cukup sebagai quarterback untuk bersaing melawan para pemain football yang tinggi besar. Tinggi badannya cuma 1,78 meter, tergolong mungil untuk quarterback. Dari 53 quarterback yang terpilih dalam dua dekade terakhir, rata-rata tinggi tubuh mereka 1,9 meter.
Mantan quarterback NFL, Doug Flutie, mengatakan tinggi badan sebenarnya bukan masalah besar bagi Murray. Menurut Flutie, para quarterback berpostur kecil biasanya tak memiliki kekuatan lengan yang cukup untuk melakukan lemparan jauh. “Murray memilikinya. Dia bisa melakukan lemparan dari berbagai sudut,” kata Flutie, yang menutup karier football di New England Patriots.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (ESPN, THE GUARDIAN, THE NEW YORK TIMES, REUTERS, USA TODAY)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo