Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ulat Pembabat Ulat

Kini dikembangkan pestisida alami untuk memberantas hama tanaman. Mulai dari ulat, minyak, sampai umbi tanaman.

26 Oktober 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembali ke alam bukanlah monopoli industri kosmetika saja, karena dunia pertanian pun telah mengikuti jejak mereka. Kini, setelah berbagai tanaman silih berganti menjadi korban lingkaran racun pestisida kimia, para petani dan ahli pertanian mengupayakan pengendalian hama tanaman dengan bahan alami, baik dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Gerakan pestisida alami naik pamornya karena krisis ekonomi tak kunjung reda dan mengakibatkan harga pestisida kimia kian melambung.

Harga satu liter pestisida untuk tanaman kentang, misalnya, mencapai Rp 50 ribu. Bahkan harga cairan pemberangus serangga buah-buahan, seperti Petrogenol, bisa mencapai Rp 1,1 juta seliter.

Penggunaan pestisida alami, menurut Ir. Wiwin Setiawati, selain murah juga aman bagi kesehatan manusia. Ir. Wiwin Setiawati adalah peneliti di Lembaga Penelitian Sayuran Lembang, Bandung.

Untuk tanaman kentang, Wiwin menyiapkan formula pestisida alami yang dapat membasmi ulat. Sekali semprot, tak sampai dua hari, hama tanaman langsung sekarat. Cara membuatnya mudah. Ambil 20 ekor ulat terinfeksi virus, lantas digerus dan dicampur seliter air. Lalu saat itu juga bisa langsung digunakan.

Memilih ulat yang sakit bukan perkara sulit. Biasanya, bila badan ulat berwarna kemerahan, agak berkerut, dan geraknya lamban, pasti ia sedang digerogoti virus granolosis. Ulat-ulat itu, ya, berasal dari hama tanaman kentang jua.

Penelitian pestisida ulat itu dilakukan Wiwin sejak tahun silam. Bersama dengan sebuah lembaga penelitian kentang di Amerika Serikat, ia mengembangbiakkan ulat virus tersebut. Caranya, virus yang bisa mematikan ulat ditularkan pada ulat sehat. Setelah itu, virusnya diternakkan, juga melalui ulat, di lembaga tempat Wiwin bekerja.

Awal Oktober ini, lembaga itu mengumumkan temuannya. Uji coba pertama akan dilakukan Desember nanti di sebuah perkebunan kentang di Brastagi, Sumatra Utara.

Sementara itu, untuk melindungi cabai, Wiwin akan memanfaatkan sejenis ulat grayak pada tanaman cabai, yang juga telah dijangkiti virus. Sebelumnya, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor juga telah meneliti pestisida alami, bukan dari hewan, melainkan dari tanaman. Di antaranya pestisida yang dibuat dari minyak hasil suling daun pohon melaleuka (Melaleuca bracteata), yang ternyata ampuh untuk memerangi hama buah-buahan.

Minyak melaleuka ini menyimpan wangi yang sangat khas dan bisa menjadi daya tarik seksual bagi serangga. Daya pikatnya mencapai tiga kilometer, tergantung arah angin. Bulan lalu, pestisida "pembangkit gairah" ini diuji di perkebunan belimbing rakyat di Jagakarsa, Jakarta. Minyak ditaruh dalam sebuah botol dan diletakkan di tengah ladang. Dalam tempo 30 hari, sekitar 1.700 ekor serangga, mulai dari lalat hingga belalang, terjerat.

Menurut Ir. Agus Kardinan Msc, penelitian dan biaya pembuatan pestisida tersebut relatif murah--hanya perlu biaya Rp 100 ribu untuk setiap liter. Bandingkan dengan pesitisida dari bahan kimia sintetis, yang harganya bisa Rp 1,1 juta. "Berminat mengembangkan tanaman melaleuka? Kalau cuma satu-dua batang, kami beri gratis," kata Ir. Agus berpromosi, kepada Dwi Wiyana dari TEMPO.

Penggunaan pestisida alami dan tanaman pun sudah lama dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ittifah di Ciwidey, Bandung. Berawal dari proses uji coba yang dilakukan oleh K.H. Fuad Affandi, 50 tahun, yang dipicu oleh rasa geramnya terhadap hama tanaman dan kejengkelannya pada harga pestisida yang sangat mahal. "Padahal, saya harus menghidupi 312 santri dari hasil bertani," katanya.

Kiai Fuad memilih umbi-umbian yang mengandung racun dan antibiotik. Pilihan jatuh pada akar kacang babi, gadung, air tuak nira, biji mindri, dan lengkuas. Bahan-bahan itu dihaluskan dan dicampur air beras. Setelah diendapkan selama dua pekan, ramuan itu disemprotkan pada tanaman buncis, cabai, kacang panjang, dan tomat. Hasilnya, mujarab. "Hama mati seketika," ucapnya.

Memang, hasil penemuan Fuad belum diuji di lembaga penelitian. Namun, Wiwin membenarkan bahwa bahan baku pestisida ala Fuad itu mengandung racun dan antibiotik yang dapat membunuh serangga perusak tanaman.

Ma’ruf Samudra, Rinny Srihartini (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus