Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Virus Corona Merusak Ginjal, Pasien Butuh Lebih dari Ventilator

Alat bantu pernapasan, ventilator, selalu menghantui pasien Covid-19.

1 Juni 2020 | 13.16 WIB

Ventilator Hamilton Medical AG terlihat di sebuah pabrik di Domat / Ems, Swiss 18 Maret 2020. [REUTERS / Arnd Wiegmann]
Perbesar
Ventilator Hamilton Medical AG terlihat di sebuah pabrik di Domat / Ems, Swiss 18 Maret 2020. [REUTERS / Arnd Wiegmann]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Alat bantu pernapasan, ventilator, selalu menghantui pasien Covid-19. Sudah luas diketahui virus corona  2019 bisa memicu badai sitokin  penyebab peradangan parah di paru-paru hingga si empunya organ sesak napas dan bahkan meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebaliknya, belum luas diketahui kalau banyak pasien Covid-19 juga membutuhkan alat bantu medis lain, yakni mesin dialisis untuk cuci darah. "Karena jika tidak meninggal karena kerusakan di paru-paru, mereka akan meninggal karena gagal ginjal," kata Jennifer Frontera, dokter spesialis neurologi di  Langone Medical Center,  New York University, Amerika Serikat, dikutip dari science magazine edisi April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rumah sakit itu telah merawat ribuan pasien Covid-19. Rumah sakit itu mengembangkan sebuah protokol dialisis menggunakan mesin berbeda-beda demi mendukung perawatan pasien penyakit itu yang terus bertambah. Sebagai catatan, kasus Covid-19 di Amerika Serikat adalah yang tertinggi di dunia saat ini.

Kebutuhan akan mesin dialisis mungkin disebabkan organ ginjal yang menjadi target lain SARS-CoV-2. Seperti paru-paru, ginjal berlimpah protein ACE2--reseptor virus penyebab Covid-19 tersebut.

Menurut sebuah studi yang tidak dipublikasikan, sebanyak 27 persen dari 85 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, Cina, juga menderita gagal ginjal. Studi yang sama juga menemukan kandungan protein ada pada urine 59 persen dari hampir 200 pasien di Provinsi Hubei dan Sichuan. Sedang pada 44 persen pasien yang sama ditemukan urine berdarah.

Kedua kasus mengantar kepada dugaan adanya kerusakan ginjal. Secara umum, kasus gagal ginjal membuat peluang kematian pasien Covid-19 lima kali lebih besar daripada yang tidak disertai kasus itu.

"Paru-paru adalah zona utama serangan virus itu. Tapi sebagian mungkin menyerang juga ke ginjal," kata Hongbo Ji, neurolog di  Suzhou Institute of Biomedical Engineering and Technology  dan anggota tim peneliti yang melakukan studi itu.

Menurut Hongbo, jika kedua organ itu diserang bersamaan, masing-masing akan menderita lebih parah. Dan serangan ke ginjal, berdasarkan mikrografi elektron dari hasil otopsi organ itu, diketahui dilakukan langsung oleh si virus.

Tapi, kerusakan ginjal mungkin juga disebabkan penggunaan ventilator pada pasien. Atau konsumsi obat eksperimental seperti remdesivir secara intensif. Badai sitokin juga dapat mengurangi secara dramatis aliran darah ke ginja, menyebabkan kerusakan yang kerap fatal.

Bahkan penyakit lainnya seperti diabetes dapat memompa peluang ginjal terluka pada pasien Covid-19. “Ada banyak contoh orang yang sudah lebih dulu punya penyakit ginjal kronis yang berada pada risiko lebih tinggi untuk gagal ginjal dalam pandemi ini,” kata Suzanne Watnick, kepala tim medis di Northwest Kidney Centers, Seattle, Amerika Serikat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus