Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan disinfektan berbasis ozon. Disinfektan ini diklaim lebih aman bila disemprot ke tubuh dalam sebuah bilik disinfektan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengungkapkannya dalam konferensi pers melalui video conference yang digelar oMenteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, Kamis 26 Maret 2020. “Karena ini disemprotkan ke bagian tubuh, disinfektan berbasis ozon ini lebih aman pada kulit dan ramah lingkungan,” kata Laksana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peneliti dari Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Anto Tri Sugiarto, menambahkan, disinfektan berbasis ozon tidak menggunakan bahan kimia. Namun, menggunakan dan memproduksi apa yang disebutnya nano bubble water.
Menurut Anto, ozon nano water sangat efektif dalam membunuh bakteri dan virus. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan timnya, disinfektan ozon dapat membunuh atau mensterilisasi bakteri 100 persen serta bisa membunuh virus dalam waktu 30 detik.
“Ini bisa digunakan di walking chamber masjid, pintu masuk MRT, dan tempat lain banyak dikunjungi masyarakat,” kata Anto sambil menambahkan, “Secara prototipe kami sudah siap.”
Asisten Ahli Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Eko Charnius Ilman, menambahkan kalau dirinya sudah melihat banyak kreasi bilik disinfektan yang rata-rata menggunakan pintu. Menurutnya, itu merepotkan pengguna.
"Kami berusaha chamber walk through dengan nano, kami bisa membuat lorong uap yang banyak, sehingga orang jalan saja sudah cukup dicuci-viruskan,” kata Eko.
Selain yang berbasis ozon, LIPI juga mengembangkan disinfektan yang berbasis klorin. Yang satu ini LIPI menggandeng Fakultas Farmasi UniversitasPadjadjaran, Bandung. Teknik yang digunakan adalah klorinasi, sebuah proses pemberian klorin (Cl2) atau hipoklorit ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi.
"Sudah biasa digunakan pada kolam renang. Tidak akan ada masalah pada kulit," kata Keri Lestari dari Fakultas Farmasi Unpad.