Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Yang kecil yang tepat

Impor teknologi modern justru menambah kemiskinan. tapi di india teknologi tepat guna banyak menyerap tenaga kerja. kini india mengutamakan pengembangan industri kecil dan pedesaan.(ilt)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK negara berkembang, dunia ke-3, tergoda untuk mengimpor ilmu dan teknologi dari negara industri maju. Itu dianggap suatu cara mengatasi kemiskinan. Mereka malah terpikat oleh slogan Mengejar Ketinggalan dengan Barat. Namun hasil impor tadi belum tentu membuka lapangan kerja seperti diharapkan semula. Teknologi impor itu justru menambah kemiskinan di dunia ke-3. Banyak negara mulai sadar akan kcnyataan ini, terutama setelah Dr. E.F. Schumacher, ahli ekonomi Inggeris, menerbitkan bukunya Small is Beautiful. Ia melihat kejanggalan dalam konsepsi bahwa suatu negara berkembang yang hampir tidak memiliki modal--tapi berkelebihan tenaga kerja --mau menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya, dengan mengimpor teknologi modern dan mahal, yang justru cenderung meniadakan kebutuhan akan tenaga kerja itu. Bahkan yang dihasilkan hanya kegagalan ekonomis dan kehancuran nilai sosial. Kebutuhan utama daerah pedesaan, menurut Schumacher, adalah industri yang dapat didirikan dengan modal beberapa ribu dollar saja. Yaitu industri yang mempergunakan peralatan dan perkakas sederhana, serta yang memanfaatkan sepenuhnya tenaga kerja dan keterampilan yang tersedia setempat. Di India para ahli dan politisi menerima pandangan Schumacher sebagai versi baru dan lebih modern dari ajaran Mahatma Gandhi. Kebetulan Schumacher lalam tahun 60-an ditempatkan di India sebagai penasehat ekonomi, dan kemudian pemikirannya sangat dipengaruhi oleh filsafat Mahatma Gandhi. Termaktub dalam konstitusi India, pasal 43: "Negara wajib mengusahakan pengembangan industri kecil pedesaan secara individual atau kooperatif." Pada tahun 1953, India mendirikan Komisi Industri Pedesaan dan Kadhi untuk merangsang perkembangan bidang ini. Gerakan Kadhi merupakan inti filsafat Mahatma Gandhi yang 60 tahun lalu menulis, "Saya yakin bahwa pembangkitan kembali dari kerajinan memintal benang dan bertenun, akan memberi sumbangan terbesar bagi pembangkitan kembali ekonomi dan moral India." Ia menyadarkan orang akan keluhuran kerja tangan serta akan bermanfaat bagi pemupukan harga diri dan tekad berswasembada. Ia selalu membawa alat pintalnya, yang kemudian diabadikan dalam bendera nasional. Namun sekian lama Komisi Industri Pedesaan dan Kadhi itu tidak banyak bergerak. Barulah sejak Pemerintahan Janata berkuasa, gagasan ini kembali mendapat perhatian serius dari pemerintah. Di India ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) mempekerjakan 5,7 juta orang. Seorang pekerja ATBM hanya bisa menghasilkan 1/7 dari pekerja ATM (Alat Tenun Mesin) dan 1/50 dari pekerja pabrik tenun. Kalau dibiarkan faktor ekonomi berlaku bebas, maka lapangan kerja ATBM bisa segera mati dan lenyap. Hasil tenun ATBM lebih mahal dari hasil tenun mesin. Tapi India melindungi sektor ini dengan menetapkan pajak tinggi bagi hasil tenun mesin. Dan berdasarkan kebijaksanaan industri India yang baru, sejumlah jenis tenunan rertentu hanya boleh dihasilkan dengan ATBM. Pokok persoalan di sini mana yang lebih untung: Memberikan subsidi atau menyediakan dana sosial untuk mengatasi akibat kalau industri itu dibiarkan mati. Menjadi Perhatian Repelita India ke-6 mentargetkan lapangan kerja di sektor ATBM sampai untuk 9,2 juta orang menjelang tahun 192. Bersamaan dengan itu sektor ATM dan pabrik tenun tidak diperkenankan mengembang. Kebijaksanaan pemerintah India kini jelas sangat mengutamakan pengembangan industri kecil dan pedesaan. Jumlah jenis barang yang hanya boleh dihasilkan oleh industri kecil bertambah dari 180 di masa pemerintahan Indira Gandhi menjadi kini 500 lebih. Produksi korek api India sekitar 30% datang dari satu perusahaan modal asing dan mempekerjakan sekitar 15.000 pekerja. Sisa produksi sebesar 70% dilakukan oleh unit industri kecil tersebar di seluruh negeri dan mempekerjakan 5 juta orang. Yang terakhir ini menjadi perhatian kebijaksanaannya. Pemerintah India juga menganjurkan, umpamanya, usaha semen mini, seperti di RRC. Sebagian produksi semen di RRC berasal dari ratusan usaha mini yang tersebar di seluruh negeri. Kebetulan ada penemuan di India yang dapat menghasilkan bahan bersifat seperti semen, yang dibuat dari abu merang. Ditaksir di sana bahwa dengan investasi 40 juta Rupee, 1.200 ton semen dari abu merang dapat dihasilkan setiap hari oleh 400 unit kecil tersebar di seluruh negeri. Sebaliknya, satu pabrik semen yang menghasilkan jumlah serupa akan berharga 270 juta Rupee. Enam kali lebih mahal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus