Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Final Liga Champions: Teknologi Sensor Otak Bantu Liverpool dalam Adu Penalti

Teknologi sensor otak yang dipakai Liverpool dengan pengawasan ahli saraf Jerman bisa menjadi perbedaan di final Liga Champions.

28 Mei 2022 | 07.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemain Liverpool Jordan Henderson yakin pelatihan dengan memanfaatkan teknologi sensor otak, yang dilakukan dengan pengawasan ahli saraf Jerman, bisa menjadi perbedaan di final Liga Champions.

Dalam wawancara dengan Sportsmail, kapten Liverpool tersebut menjelaskan bagaimana kerja sama mereka dengan neuro11 membantu the Reds mengamankan dua trofi melalui adu penalti musim ini.

Si Merah menjadi kampiun Piala FA dengan menundukkan Chelsea 6-5 melalui adu penalti setelah sama sekali tidak tercipta gol di waktu normal. Sebelumnya, melawan tim yang sama, Liverpool juga membawa pulang gelar Piala Liga Inggris juga dengan adu penalti. Si Merah menang 11-10 setelah bermain imbang 0-0.

“Mereka telah bekerja dengan kami sepanjang musim ini. Ini membantu kami lebih banyak berlatih dan fokus pada hal-hal individu, seperti tendangan bebas atau penalti,” kata Jordan Henderson.

“Saya merasa ini sangat membantu para pemain dan semoga bisa menjadi perbedaan lagi.”

Kerja sama Liverpool dengan perusahaan tersebut dimulai saat pramusim tahun lalu. Dr Niklas Hausler dan Patrick Hantschke, co-founder neuro11, menjadi bagian penting dalam persiapan tim untuk laga final Liga Champions di Paris akhir pekan ini.

Tugas mereka adalah membantu pemain masuk "ke dalam zona", dengan memungkinkan mereka "mengendalikan otak di saat paling penting" melalui elektroda.

Dalam sebuah sesi latihan di Kirkby, Trent Alexander-Arnold dan Konstantinos Tsimikas terpantau menggunakan sensor otak di kepala mereka.

Saat itu keduanya berlatih mengarahkan bola ke gawang. Lalu pada sesi latihan lainnya, mereka berlatih penalti.

“Ketika Anda bisa tampil dalam kondisi terbaik, Anda tak perlu memikirkannya, itu terjadi begitu saja,” kata Hausler.

“Pikiran setiap orang berbeda. Jadi, dengan menganalisis aktivitas otak selama latihan, neuro11 membantu setiap pemain mengetahui apa yang berhasil untuk mereka.”

Sejak menggunakan metode ini, yang telah berhasil dalam bola basket, golf, dart, dan panahan, Liverpool menjadi salah satu tim paling berbahaya di Liga Inggris dari bola mati dan Jurgen Klopp mengakuinya.

“Mereka memiliki dampak luar biasa. Ini tentang membawa pemain spesifik, sebelum bola mati, ke dalam pola pikir yang benar,” kata Jurgen Klopp.

“Mereka adalah ahli saraf dan ini penting bagi kami, sebuah babak baru yang sangat menarik.”

Selain terbukti di Piala Liga Inggris dan Piala FA, sebagaimana telah disebutkan di atas, Liverpool juga punya catatan menarik terkait bola mati di Liga Inggris. Di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Inggris itu, mereka mencetak 19 gol dari set-piece musim ini, tujuh lebih banyak dibandingkan musim lalu.

Sukses Liverpool dalam set-piece dan penalti menjadi perhatian. Klub-klub lain pun mulai mencoba cara untuk meningkatkan penampilan mental para pemain. RB Leipzig juga telah bicara dengan perusahaan neuro11 tentang kemungkinan bekerja sama dengan kiper di tim akademi mereka.

DAILY MAIL | SKOR.ID

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Mesut Ozil dengan Tempo

Selalu 
update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus