Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 87 suara akan menjadi rebutan para calon ketua umum PSSI pada Kongres Luar Biasa atau KLB PSSI pada Kamis, 16 Februari 2023. Gede Widiade, salah satu calon wakil ketua umum yang juga Presiden Persiba Balikpapan, mengungkap komposisi pemilik hak suara bisa menentukan keterpilihan calon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Gede, setidaknya terdapat tiga hal yang menentukan voter menentukan pilihan kandidat ketua umum PSSI. Pertama, pendekatan visi dan misi. Kedua, alasan kedekatan daerah, agama, dan kiprah di sepak bola. Ketiga, pendekatan uang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari total pemilik suara, Gede memperkirakan hanya 15 persen voter yang benar-benar mempertimbangkan visi, misi, dan program calon ketua umum. Setelah itu, sebanyak 25 persen lainnya pemilik suara akan menentukan pilihan berdasarkan kedekatan dengan calon.
"Yang ketiga itu pendekatan wani piro. Berarti 60 persen, kebanyakan voter memilih berdasarkan itu. Mereka tidak memperhitungkan bagaimana mengelola klub di kompetisi itu dan potensi ruginya. Itu sudah sangat pragmatis," ujar Gede kepada Tempo di Jakarta pada Rabu, 8 Februari 2023.
Sebanyak lima orang menjadi calon ketua umum PSSI. Mereka adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Nyalla Mattalitti, CEO Bandung Premier League Doni Setiabudi, CEO Nine Sport Arif Putra Wicaksono, dan Komisaris Utama Asabri Fary Djemy Francis. Pada 15 Februari 2023, Fary menyatakan mundur dari persaingan dan mendukung Erick Thohir.
Empat calon ketua umum akan memperebutkan suara dari 87 voter. Komposisi pemilik suara terdiri atas 34 suara asosiasi provinsi, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, satu suara dari Asosiasi Pelatih, satu suara dari Federasi Futsal, dan satu suara dari Asosiasi Sepak Bola Wanita.
Selain calon ketua umum, sebanyak 16 orang akan bersaing berebut posisi sebagai wakil ketua umum PSSI termasuk Gede Widiade dan sejumlah pengurus aktif saat ini seperti Ahmad Riyadh, Hasani Abdulgani, Yunus Nusi, serta Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Selain itu, ada 55 nama akan bersaing menjadi anggota komite eksekutif PSSI.
La Nyalla, Erick Thoir, dan Ratu Tisha
Gede Widiade, yang berada di barisan pendukung La Nyalla, sadar betul harus menghadapi para koleganya yang cenderung melakukan pendekatan politik uang. "Mayoritas mereka juga teman-teman saya. Tapi, saya masih berharap pemilik suara itu menggunakan hati nuraninya untuk memilih," ujar mantan Presiden Persija Jakarta dan Bhayangkara FC tersebut.
Ia sadar betul bahwa kontestasi menuju kursi kepengurusan PSSI periode 2023-2027 akan menjadi sulit. Gede melihat pengurus lama yang masih ikut berkontestasi punya modal lebih besar untuk menggaet suara voter. "Enggak mungkin bertepuk tangan satu sisi. Kalau sama-sama butuh, maka mereka akan bertemu," kata Gede.
Gede, dan juga La Nyalla, mengklaim, tak menggunakan pendekatan wani piro untuk merebut suara. Lantas apa yang bisa membuat Gede dan La Nyalla menang? Kata Gede, "saya punya keyakinan bahwa voters punya hati nurani. Masa mereka menerima duit maksimal 500 juta, tetapi harus mengorbankan empat tahun klubnya rugi. Itu di mana masuk akalnya," kata dia.
Salah satu calon wakil ketua umum PSSI, Yesayas Oktavianus, juga mengungkapkan dugaan praktek politik uang dalam menentukan arah suara voter pada setiap kongres luar biasa. Skenario itu, menurut dia, kerap terjadi ketika calon ketua umum mulai mengerucut. "Ada politik uang, tetapi itu kan tidak kelihatan. Polanya berkembang, dari uang muka, uang panjar," kata dia.
Pola itu membuat Yesayas sadar peluang terpilihnya sebagai wakil ketua umum nyaris nol. "Saya ini penggembira. Dari praktek selama ini, mana mungkin saya terpilih. Mana bisa saya melawan mereka, saya enggak punya logistik. Voter itu nakal dan bisa bermain di dua kaki," kata dia. Yesayas, terakhir kali, mengikuti kontestasi pemilihan calon wakil ketua umum pada 2019.
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, melihat adanya potensi konflik kepentingan dalam kongres luar biasa dan pemilihan ketua umum PSSI. Belum lagi muncul isu soal politik uang menjelang KLB PSSI. Ia menilai potensi penggunaan duit negara dalam kontestasi cukup besar. "Ujungnya KLB bukan perang visi-misi, tapi perang duit," kata dia dikutip dari Majalah Tempo. Akmal ragu KLB PSSI akan memunculkan ketua umum yang bisa memajukan sepak bola Indonesia.
Adapun Ketua Komite Banding Pemilihan (KBP) Gusti Randa telah mengklaim akan memantau kampanye para calon ketua umum hingga calon Exco PSSI untuk mengantisipasi indikasinya praktek politik uang. "Kami akan memantaunya. Kalau ada indikasi lain, instansi lain yang akan bergerak," kata dia pada 6 Februari lalu.
EGI ADYATAMA | ARKHELAUS WISNU