Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Piala Dunia Jerman 2006 belum dimulai, ta-pi sejarah baru sudah di-buat. Tercatat ada delapan negara yang baru ka-li ini merasakan atmosfer Piala Dunia. Inilah jumlah debutan terbanyak sejak Piala Dunia per-ta-ma digelar pada 1930.
Mereka berasal dari tiga be-nua. Amerika Selatan diwa-kili Trinidad-Tobago. Eropa me-ngi-rim wa-kil tiga negara: Republik Chek, Ser-bia Montenegro, dan Ukraina. Ke-tiga negara ini merupa-kan pe-cahan dari tiga negara yang sebelumnya menjadi langganan Piala Dunia, yaitu Uni Soviet, Yugoslavia, dan Cekoslovakia. Yang menarik, utusan Benua Afrika. Me-reka mengirim empat nama baru dari lima negara wakil benua ini: Angola, Pantai Gading, Ghana, dan Togo.
Kejutan sering dibuat para de-butan. Kamerun dalam penampil-an pertamanya di Piala Dunia Spa-nyol (1982) tak terkalahkan dalam tiga pertandingan penyi-sihan grup. Mereka terpaksa pulang karena kalah jumlah gol dari Italia. Pada Piala Dunia Amerika Serikat 1994, giliran Nigeria yang tampil mengesankan. Mere-ka me-ngalahkan Bulgaria dan Yunani sehingga lolos ke babak kedua. Di babak kedua, Nigeria kalah dari Italia 2-1 setelah melalui perpanjangan waktu.
Terakhir, di Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, Sene-gal tam-pil mengejutkan dengan me-ngalahkan juara bertahan Prancis 2-1 pada partai pembukaan. Me-reka bahkan mengalahkan Swe-dia di babak kedua. Langkah Senegal terhenti di perempat final, tunduk di kaki Turki.
Kini para pecandu bola bisa me-nantikan kejutan-kejutan yang ba-kal dibuat para debutan dari Afrika.
Angola
Semalam suntuk penduduk Luanda, ibu kota Angola, berpesta. Mereka melakukan parade terbesar sejak negeri ini merebut kemerdekaan dari Portugal, 1975. Pesta spontan meledak setelah Angola mengalahkan Rwanda dan memastikan tiket ke Jerman, Oktober tahun lalu.
Lolosnya Angola seperti mimpi. Mereka lolos dari grup se-su-dah bersaing dengan raksasa se-pak bola Afrika, Nigeria. Me-ski seluruh pemainnya bermain di liga Eropa, nama-nama me-re-ka tak terlalu bersinar. Hanya Man-torras yang cukup dikenal se-telah memperkuat klub Benfica dari Portugal.
Angola bahkan belum pernah meraih gelar juara sepak bola Afrika. Prestasinya yang men-corong justru di olahraga lain. Me-reka su-dah delapan kali menjadi juara bas-ket Afrika dan tujuh kali me-rajai kejuaraan bola ta-ngan di be-nua itu.
Tim sepak bola Angola di-asuh oleh Luis Oliveira Goncalves. S-e-lain meloloskan negeri ini ke Je-rman, dia berhasil mengantar tim yunior Angola menjadi juara A-frika.
Ghana
Michael Essien merupakan na-ma yang paling bersinar di tim Ghana. Pemain berusia 22 tahun ini bermain di klub Inggris, Chelsea, setelah dibeli dari Olympique Lyon, Prancis, seharga 38 juta euro (sekitar Rp 418 miliar). Inilah rekor pemain termahal di seluruh Benua Afrika.
Kehadirannya di Piala Dunia sudah lama diramalkan. Negeri ini telah empat kali menjuarai Piala Afrika. Tim Ghana yunior dua kali lolos ke babak final kejuaraan dunia di bawah 17 tahun. Pada dekade sebe-lumnya mereka memiliki dua bintang, Abedi Pele dan Anthony Yeboah.
Kini tim Ghana di-perkuat generasi ba-ru. Se-lain Essien, ada Sa-muel Kuffour (AS Roma, Ita-lia), Asa-moah Gyan (Mode-na, Italia), dan Mat-thew -Amoah (Bo-ru-sia Dort-mund, Jerman). Mere-ka ditangani oleh pelatih hebat asal Serbia, Ra-tomir Dujkovic. Gha-na juga tercatat sebagai tim yang membawa pemain dengan rata-rata usia paling muda, y-aitu 24,6 tahun. Pemain tertua di skuad mereka hanya Otto Addo, 30 tahun.
Togo
Selama babak penyisihan wi-layah Afrika, Senegal sangat perkasa dan yakin pasti lolos ke Jerman. Mereka berada di grup lunak dan selalu memimpin per-o-lehan nilai. Tapi, di akhir babak penyisihan, Togo menyusul dalam perolehan angka dan memastikan sebagai salah satu wakil benua hitam itu.
Semula tim Togo diarsiteki Stephen Kenshi, kapten tim Nigeria di -Piala Du-nia Ame-rika Serikat, 12 t-a-hun si-lam. Dia memba-w-a tim ini lo-los ke Jerman. Sayangnya, Kenshi gagal saat mengawal Togo di Piala Afrika 2006. Me-reka kalah dari Kamerun, Kongo, dan Angola. Kenshi akhir-nya dipecat hanya empat bulan sebelum Piala Dunia Jerman. Posisinya digantikan pelatih asal Jerman, Otto Pfister.
Utang budi ne-gara itu bukan ha-nya pada Kenshi. Tim yang berjuluk Sparrowhawks ini juga bertumpu pada ti-ga pemain kelahir-an Nigeria. Me-reka ada-lah penyerang Sheyi Em-ma-nuel Adebayor (Arsenal, Inggris), pe-main tengah Adekambi Olufa-de (Al Siliyah, Qatar), dan Aba-lo Dosseh (Apoel, Siprus) yang menja-di kapten tim dan komandan baris-an pertahanan.
Pantai Gading
Bagi pecandu bola, penyerang klub Chelsea, Didier Drogba, lebih masyhur ketimbang Pantai Gading (Ivory Coast), nege-ri asalnya. Dia muncul menjadi pe-sepak bola andal melalui proses panjang, lewat perekrutan anak-anak berbakat pada 12 tahun s-ilam.
Saat itu Jean-Marc -Gui-l-lou, mantan pemain tim nasio-nal Pran-cis ta-hun 70-an, membuka aka-demi sepak bola di Pantai Ga-ding. Proyek ini melahirkan pe-main-pemain hebat yang kini ter-sebar di klub-klub Eropa. Di an-taranya Aruna Dindane (Lens, Pran-cis), Abib Kolo Toure, dan Em-manuel E-boue (Arsenal, Inggris). Me-reka inilah yang memba-wa Pantai Gading ke Piala Dunia Jerman 2006.
Pantai Gading lolos ke Pi-ala Dunia lewat persaingan yang dramatis dengan Kamerun. Pada par-tai terakhir, negara ini berhasil mengalahkan Sudan. Tapi pertandingan yang menentukan adalah partai Kamerun melawan Mesir. Di saat injury time, wasit menghadiahkan tendangan penalti bagi Kamerun saat keduduk-an imbang 1-1. Penyerang Ka-merun yang bermain di klub Inter Milan, Italia, Pierre Wome, meng-ambil tendangan tersebut. Gagal!
Kamerun menangis, Pantai Ga-ding berpesta. Hari-hari usai per-tandingan, keluarga Wome hi-dup di bawah perlindungan polisi. ”Saya tak pernah takut mati, ta-pi saya memikirkan keluarga saya,” kata Wome saat itu. Pantai Gading sudah mengejutkan Afrika de-ngan menyingkir-kan langganan Piala Dunia, Kamerun dan Mesir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo