Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Persib Bandung, Dewi Sartika dan Nasib Stadion Gelora Bandung Lautan Api

Persib Bandung dalam perkembangannya tak bisa dilepaskan dari putra pahlawan nasional Dewi Sartika. Ini masa depan Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

20 April 2021 | 15.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Harus diakui, tim Persib Bandung merupakan salah satu klub sepak bola yang kuat selama ini. Selain telah menorehkan segudang prestasi, klub ini memiliki jumlah pendukung fanatik di setiap pertandingan baik tandang maupun kandang. Persib juga memiliki sejarah yang panjang sebelum menjadi seperti Persib yang sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum ada Persib, telah lebih dulu hadir Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada 1923 di Kota Bandung. BIVB ini juga merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu yang diketuai Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIVB ini juga sempat menghilang dan kemudian lahir dua perkumpulan lain sebagai cikal bakal Persib Bandung ini. Perkumpulan tersebut yaitu Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada akhirnya kedua perkumpulan itu bergabung pada 14 Maret 1993 dengan nama Persib yang diketuai oleh Anwar St. Pamoentjak. Lahirnya Persib membuat banyak klub yang bergabung seperti SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi

Tim dengan julukan Maung Bandung ini memiliki suporter setia yang bernama Bobotoh yang selalu memenuhi stadion dengan lautan biru saat sedang bertanding di markas mereka. Selain Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Persib yang sedang mengikuti Liga 1 di Indonesia ini juga memiliki 2 kandang lain seperti Stadion Si Jalak Harupat dan Stadion Siliwangi.

Namun klub yang terkenal dengan jersey birunya ini juga memiliki beberapa masalah seperti proyek pembangunan stadion. Stadion Gelora Bandung Lautan Api dikatakan sebagai calon stadion kandang yang berkelas internasional.

Namun rencana stadion dengan lahan seluas 16,9 hektare yang mampu menampung 38 ribu bobotoh ini ditemukan retakan pada konstruksinya berujung pada penyidikan kasus korupsi oleh polisi. Menurut Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ada ketidakberesan pada proyek tersebut yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp 103 miliar.

Proyek yang sedang berjalan di tempat ini bisa diperbaiki dari segi pengelolaan dan pengembangannya, dari situs bandung bergerak.id ada beberapa skema yang menentukan nasib stadion ini di masa mendatang.

Pertama bisa dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga menjadi skema yang dipilih dan dimatangkan setelah urusan administratif dengan pihak pengembang tuntas pada akhir 2020 lalu. Skema ini dimungkinkan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Selain itu ada juga laik fungsi guna merespon keadaan stadion yang telah mengalami keretakan akibat kontur tanah yang turun. Menurut Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Kota Bandung Eddy Marwoto pihaknya sudah mengantongi Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

“Kita sudah memproses surat laik fungsi dan alhamdulillah sudah turun (terbit). Kita sedang menunggu dari pihak ketiga untuk feasibility study atau studi kelayakan,” katanya.

Pengelolaan dan pengembangan Stadion GBLA membutuhkan percepatan pembangunan infrastruktur pendukung. Salah satunya yang krusial adalah pembukaan akses pintu tol KM (Kilometer) 149 yang akan memperlancar mobilitas warga dan distribusi barang.

Tak hanya itu proses pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api ini juga harus melibatkan warga sebagai basis utama pendukung klub sepak bola Persib Bandung. Warga dan komunitas harus diikutsertakan pengembangan infrastruktur megah ini agar tidak lagi terasa berjarak.

TEGUH ARIF ROMADHON

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus