Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cedera gegar otak pernah dialami gelandang Jerman, Christoph Kramer, pada ajang Piala Dunia 2014 Brasil. Insiden itu terjadi ketika ia bertabrakan dengan pemain Argentina, Ezequiel Garay. Butuh perawatan medis yang cukup lama sebelum Kramer diizinkan untuk melanjutkan pertandingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guna mengantisipasi hal serupa terjadi, Piala Dunia 2022 Qatar mulai diterapkan prosedur baru untuk penanganan medis cedera gegar otak. Berdasarkan Protokol Gegar Medis FIFA, diterangkan beberapa langkah demi langkah untuk penanganan gegar otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Medis FIFA, Andrew Massey, mengatakan panduan atau prosedur penanganan medis ini dimulai dengan pemeriksaan dasar seluruh pemain sebelum pertandingan dimulai. Hal ini bertujuan untuk memahami kondisi otak para pemain. Staf medis juga akan rutin memantau kondisi pemain melalui bantuan teknologi video yang disiapkan di dalam stadion.
“Tim dokter berkesempatan untuk mengetahui bagaimana orak para pemain secara normal, sekaligus memberi pengetahuan kepada para pemain tentang cedera gegar otak,” kata Massey dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 2 November 2022.
Massey, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala pelayanan medis Liverpool FC, juga mengatakan bahwa tim medis FIFA akan bekerja sama dengan tim dokter dan tim medis anggota asosiasi yang berpartisipasi di Piala Dunia 2022 Qatar. Hal ini dimaksudkan supaya dapat memberikan masukan dan tindakan cepat selama proses penanganan. Staf medis khusus gegar otak ini bernama “concussions spotters”.
Apabila terjadi gegar otak di tengah berlangsungnya suatu pertandingan, protokol itu memungkinkan tim medis melakukan substitusi gegar otak permanen tambahan (APCS). Pergantian ini bertujuan untuk menarik pemain keluar lapangan dan tidak memengaruhi kuota lima pergantian pemain. Tim akan diberikan subtitusi tambahan apabila terjadi APCS.
Kebijakan ini diketahui pertama kali diterapkan sepanjang sejarah perhelatan Piala Dunia. Sebelumnya, dua pergantian tambahan untuk pemain yang mengalami cedera otak permanen ini sudah diizinkan di Liga Premier Inggris sejak Februari 2021 melalui sejumlah rangkaian percobaan. Hingga kini, peraturan tersebut diberlakukan secara permanen di sejumlah liga sepak bola beberapa negara dan mulai diterapkan di Piala Dunia 2022 Qatar.
HARIS SETYAWAN