Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Luka Modric, suporter adalah segalanya. Langkahnya membawa Kroasia menjadi kampiun pada Piala Dunia 2022 berantakan. Di babak semifinal pada Selasa lalu, mereka habis dikoyak-koyak Argentina tiga gol tanpa balas. Padahal ini adalah Piala Dunia terakhirnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun bintang Real Madrid ini tak mau berhenti memberikan kesenangan bagi pendukung di negerinya. Sang kapten Kroasia ingin satu-satunya laga tersisa di Piala Dunia terakhirnya, yakni perebutan peringkat ketiga melawan Maroko, malam nanti menjadi happy ending.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami harus memenanginya dan pulang ke Kroasia dengan membawa medali,” kata Luka Modric, 37 tahun. “Harus melakukan apa pun supaya fan gembira sekali lagi.”
Di mata pemain, gagal mencapai final menimbulkan kerugian ganda. Belumlah rasa letih akibat kekalahan di semifinal hilang, masih harus main lagi untuk perebutan peringkat ketiga. Lebih apes lagi karena banyak yang tidak peduli terhadap hasil pertandingan hiburan ini.
Mau bukti? Tanpa menyontek Google, cuma segelintir penggemar bola yang ngeh siapa juara ketiga Piala Dunia 2018. Jawabannya adalah Belgia. Publik hanya mengenal mereka sebagai semifinalis—yang dikalahkan oleh sang juara Prancis. Itu saja.
Apa mau dikata, begitulah aturan Piala Dunia. Badan sepak bola dunia (FIFA) sejak 1954 menerapkan peringkat ketiga harus diperebutkan oleh tim-tim yang kalah di babak semifinal. Agak aneh sebenarnya. Olimpiade juga menerapkan aturan yang sama, tapi didasari pertimbangan perolehan medali untuk menentukan juara umum.
#Info Piala Dunia 4.2.1-Pulang dengan Dompet Tebal
Di Piala Dunia, penonton cuma peduli siapa yang menjadi juara. Namun tetap ada perputaran uang di perebutan tempat ketiga. Partai hiburan ini mendatangkan uang bagi FIFA dan tuan rumah, baik dari sponsor, hak siar, maupun tiket pertandingan. Perputaran uang dalam jumlah besar itu kembali mengucur ke tim peserta.
Peraih gelar juara ketiga bisa membawa pulang uang US$ 27 juta atau sekitar Rp 421 miliar plus medali perunggu. Sedangkan tim yang kalah hanya mendapat uang US$ 25 juta atau sekitar Rp 390 miliar, sonder medali.
Faktor medali itulah yang menjadi pembeda di laga Kroasia vs Maroko ini. “Ketika memenangi medali di Piala Dunia, Anda menjadi pahlawan di negara Anda. Itulah hal yang akan kami lakukan,” kata Andrej Kramaric, penyerang Kroasia. Kramaric, 31 tahun, yakin lawan mereka, Maroko, juga memiliki tekad yang sama dalam laga di Khalifa International Stadium, malam nanti.
Bek Maroko Jawad El Yamiq saat melawan Prancis di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, 14 Desember 2022. REUTERS/Molly Darlington
Manajer Maroko, Walid Regragui, sepakat. “Kami akan memberikan segalanya,” kata Regragui. Dia mengatakan pasukan Singa Atlas telah melangkah jauh melebihi ekspektasi semua orang dan medali bisa menjadi tanda mata perjalanan mereka.
Sepak terjang Maroko di Piala Dunia 2022 memang luar biasa. Mereka yang sama sekali tidak diunggulkan bisa nyelonong sampai jauh sebelum sempoyongan digebuk Prancis di babak semifinal. Semasa timnya belum kalah, Regragui selalu memotivasi anak-anak asuhannya untuk mencapai prestasi di langit tertinggi.
Kini, setelah gelar juara gagal diraih, menjadi nomor tiga merupakan capaian paling maksimal yang bisa dibawa pulang. “Ini akan menjadi tantangan buat kami,” katanya.
Persoalannya, mereka punya banyak masalah. Salah satunya soal kebugaran. Dibandingkan dengan Kroasia, Singa Atlas memiliki waktu istirahat lebih singkat, kurang dari 72 jam. Selain itu, mereka kehilangan banyak pemain akibat cedera.
Ketiga bek mereka, yakni Nayef Aguerd, Romain Saiss, dan Noussair Mazraoui, diserang cedera dalam laga terakhir. Walhasil, Regragui terpaksa melirik pemain lain. “Banyak pemain kami yang belum mendapat kesempatan bermain,” katanya.
#Info Piala Dunia 4.1.1-Kroasia vs Maroko
Setidaknya Regragui masih punya sembilan pemain yang terbilang fresh. Empat dari 26 pemain dalam daftarnya sama sekali belum pernah tampil dalam pertandingan di Piala Dunia ini. Lima pemain lainnya baru bermain kurang dari 80 menit. Beberapa dari mereka kemungkinan besar akan dimainkan melawan Kroasia. “Akan menjadi pengalaman yang bagus untuk mereka,” katanya.
Pertemuan kedua tim ini bukanlah yang pertama. Di babak fase grup, mereka telah bertemu dengan skor kacamata alias 0-0. Meski banyak orang menganggap pertandingan malam nanti sekadar partai hiburan, kedua tim mengaku akan bermain maksimal. “Bagi kami, ini bukan pertandingan kecil, melainkan final besar. Tempat ketiga, memperebutkan medali,” ujar pelatih Kroasia, Zlatko Dalic.
IRFAN BUDIMAN | FIFA | LA TIMES | REUTERS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo