Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Piala Dunia 2022 menghadirkan banyak talenta muda yang berhasil tampil mengesankan bersama timnya. Salah satunya Josko Gvardiol, yang disebut sebagai bek muda terbaik di pesta bola dunia di Qatar itu. Bek tengah berusia 20 tahun itu menjadi kandidat kuat untuk meraih predikat Pemain Muda Terbaik Piala Dunia 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gvardiol memulai debutnya untuk Kroasia pada Juni 2021 ketika melawan Belgia dalam pertandingan persahabatan menjelang Euro. “Josko Gvardiol adalah bek tengah terbaik di dunia. Cara dia bermain dengan keanggunan membawa bola itu luar biasa,” kata Zlatko Dalic, pelatih timnas Kroasia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia dikenal sebagai pemain dengan topeng hitam yang dikenakannya karena cedera patah hidung yang diderita saat bermain untuk RB Leipzig melawan SC Freiburg pada November lalu.
Kehadiran Gvardiol yang menjulang tinggi di jantung pertahanan Kroasia menjadi alasan utama Vatreni—julukan timnas Kroasia—memiliki pertahanan kuat. Terlepas dari kesolidan pertahanannya, yang membuat Gvardiol menjadi aset adalah pemahamannya yang luar biasa dalam penempatan posisi dan cara mengantisipasi serangan lawan.
“Saya pertama kali melihatnya bermain untuk tim kedua ketika dia baru berusia 17 tahun,” kata Nenad Bjelica, manajer yang memberi Gvardiol debut senior untuk Dinamo Zagreb. “Dia sudah terlihat seperti pemain berpengalaman. Itulah yang membingungkan tentang dia.”
Aksi pemain bertahan Kroasia, Josko Gvardiol, di Stadion Education City, Doha, Qatar, 9 Desember 2022. REUTERS/Suhaib Salem
Pada April lalu, CIES, Pusat Studi Olahraga Internasional, memberi peringkat 100 pemain muda U-21 terbaik dari 32 liga di Eropa. Pemeringkatan itu mempertimbangkan 15 kategori teknis dan delapan aspek permainan yang berbeda. Termasuk pertahanan udara, pertahanan darat, pemulihan, distribusi, pengambilan, penciptaan peluang, serangan udara, dan tembakan.
Dalam data tersebut, Gvardiol berada di peringkat keempat, di bawah Patrick Wimmer (Arminia Bielefeld), Mason Greenwood (Manchester United), dan Bukayo Saka (Arsenal) yang berada di peringkat pertama.
Penampilan impresif Gvardiol di Mundial diuji ketika Kroasia dan Argentina bertemu untuk memperebutkan satu tempat di final. Kala itu, Kroasia memang kalah 0-3 dari Argentina. Namun ia mendapat pelajaran penting dari Lionel Messi, penyerang Argentina. Setelah duelnya dengan Messi, Gvardiol mengaku bisa berbuat lebih baik dan berjanji akan memperbaiki diri.
Yang pasti, bek RB Leipzig itu sangat senang bisa bermain melawan Messi, meskipun harus dibantai 3-0. Bagi dia, menghadapi Messi merupakan pengalaman yang menyenangkan. “Meskipun saya bermain melawannya di klub musim lalu,” ujar Gvardiol. “Ini pengalaman luar biasa. Suatu hari saya akan memberi tahu anak-anak saya bahwa saya bermain melawan pemain terbaik dalam sejarah. Saya kira kami akan mengalahkannya lain kali.”
Rekor pertahanan timnas Kroasia sudah lebih baik daripada final empat tahun lalu. Meskipun itu tidak bergantung pada satu orang, kehadiran Gvardiol telah menambah kekuatan lini belakang mereka. Dalam pertandingan Kroasia versus Maroko pada Sabtu malam waktu Indonesia, Gvardiol benar-benar semakin bersinar. Ia berhasil menyumbangkan gol perdananya di Piala Dunia.
Dengan memanfaatkan umpan lambung dari Ivan Perisic, Gvardiol berhasil mencatatkan namanya di papan skor pada menit ketujuh melalui sundulan terbang. Namun dua menit berselang, golnya dibalas melalui sundulan juga dari Achraf Dari. Menjelang akhir babak pertama, Kroasia berhasil unggul lewat gol yang dicetak oleh Orsic pada menit ke-43. Skor akhir 2-1 membuat Kroasia menduduki juara 3.
Dengan performa yang sangat menonjol di Piala Dunia, kini Gvardiol menjadi incaran klub-klub raksasa Eropa, seperti Chelsea, Real Madrid, Manchester City, dan Manchester United.
DAFFA SIDQI (MAGANG) | THEATHLETIC.COM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo