Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sejarah Warisan Kuliner Asli Indonesia

Kecap masuk Nusantara dibawa pedagang Cina dan berkembang abad XIX. Ditambahkan gula aren karena orang Indonesia suka manis.

16 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjung melihat deretan botol kecap saat pameran kecap dengan tema Pameran Koleksi Kecap Nusantara Rasa Lestari di Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 14 Juni 2023. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kecap diyakini berasal dari Cina pada 260 SM dan terbuat dari fermentasi ikan.

  • Kecap asin masuk Hindia Belanda dengan dibawa pedagang Cina dan ditambahkan gula aren karena masyarakat suka manis.

  • Keluarga Cina menguasai produksi kecap Hindia Belanda karena piawai menanam kedelai.

Dari bukti sejarah yang paling tua, kecap pertama kali dibuat pada zaman Dinasti Han di Cina lebih dari dua ribu tahun lalu atau pada 260 sebelum Masehi (SM). Menurut sejarawan dari Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, kecap saat itu berupa pasta kental dengan rasa asin yang penggunaannya di antaranya sebagai penyedap babi panggang. “Terbuat dari fermentasi ikan dan daging,” kata Fadly kepada Tempo dalam Diskusi Kecap Nusantara: Rasa Lestari di gedung rektorat Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, pada Selasa, 13 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selanjutnya, pada kurun 100 hingga 50 SM, bahan untuk kecap mulai beralih ke kedelai karena menawarkan sensasi cita rasa yang lebih enak. Pada abad XVII, di era Dinasti Qing, kecap fermentasi ikan tidak lagi populer di Cina. Fadly mengatakan kecap dari fermentasi ikan hanya tersisa di Vietnam. Kecap dari ikan dikenal masyarakat setempat sejak abad XV atau XVI dan disukai hingga kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedelai (Glycine max), yang merupakan bahan utama kecap, diperkenalkan para pedagang Cina kepada masyarakat Nusantara pada sekitar abad X. Berdasarkan catatan Georg Eberhard Rumphius—ahli botani Jerman yang meninggal di Ambon pada 1702—pada kurun 1672 sampai 1702, Cadelium alias kedelai sebagian besar tumbuh subur di Jawa, Bali, dan kepulauan lain. 

Dari catatan lain, Fadly melanjutkan, kecap Jepang atau shouyu menjadi komoditas Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) yang diimpor dari Nagasaki, Jepang, pada 1647. Kata “kecap” diperkirakan merupakan pelafalan orang lokal dari bahasa Amoy, “ke-tsiap”.

Pengunjung mencicipi rasa kecap manis lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Tempo/Anwar Siswadi

Kecap mulai menyebar di Hindia Belanda sekitar pertengahan abad XIX. Perintisnya adalah penduduk migran dari Cina. “Menyadari selera orang Jawa yang suka makanan manis, kecap yang asalnya terasa asin ditambahkan gula merah atau aren,” ujar Fadly. Di sisi lain, dia melanjutkan, orang Cina piawai menanam kedelai hingga panennya melimpah di Hindia Belanda. Adapun lewat bukunya, Kecap Manis: Indonesia’s National Condiment, pakar kuliner Bondan Winarno menyebut kecap manis sebagai warisan kuliner asli Indonesia.

Pabrik kecap manis pertama di Hindia Belanda berdiri pada akhir abad XIX di Tangerang. Namanya Ketjap Benteng Istana bikinan Teng Hay Soey. Kemudian menyusul merek yang paling populer saat ini, yaitu Tjap Bango oleh Tjoa Eng Nio pada 1928. “Hingga 1950-an, semua jenis kecap di Indonesia hanya dibuat oleh keluarga Tionghoa,” ujar Fadly.

Koran Sinar Harapan edisi 25 November 1966 menuliskan Presiden Sukarno merupakan penggemar kecap manis. “Saya sejak dulu paling suka sama kecap Blitar,” ujarnya saat makan bersama rombongan wartawan di Istana Merdeka. Saat seorang wartawan menyebutkan kecap bikinan Bogor tak kalah enak, Bung Besar menjawabnya dengan tertawa. Waktu itu, di dapur Istana hanya tersedia nasi putih dan dua telur ayam. Presiden yakin bahan makanan itu tetap bisa menjadi hidangan lezat dengan ditambahkan kecap dari Blitar, kota tempat ia dibesarkan.

Karena ada beberapa kecap bikinan Blitar, Habibie Arifianto, kolektor kecap, menyebut Sie Wie Bo sebagai kesukaan Bung Karno. Pabriknya berdiri sejak 1901 dan didirikan oleh Sie Bian Siang. Sayangnya, setelah diteruskan oleh anak-cucunya hingga generasi ke-4, pabrik tersebut gulung tikar pada Mei 2023 akibat kesulitan keuangan.

ANWAR SISWADI (BANDUNG)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus