Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Denada dan Dewi Gita Lestarikan Tari Jaipong Lewat Pertunjukan Nyimas Kawung Anten

Denada dan Dewi Gita berkolaborasi dengan Padepokan Jugala Raya dalam menampilkan Tari Jaipong di pertunjukan drama tari Nyimas Kawung Anten.

24 Maret 2024 | 21.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Denada dan Dewi Gita tampil dalam pertunjukan Nyimas Kawung Anten yang digelar di Auditorium Galeri Indonesia Kaya pada Sabtu, 23 Maret 2024. Pertunjukan drama tari ini menampilkan Jaipongan yang menjadi ciri khas Jawa Barat.

Turut tampil juga Padepokan Jugala Raya yang telah malang melintang di dunia seni pertunjukan selama 48 tahun. Kelompok yang senantiasa melestarikan keindahan dari Jaipongan ini, berkolaborasi dengan Denada dan Dewi Gita.

"Ketiganya berhasil memukau para penikmat seni yang hadir serta menambah wawasan para penikmat seni tentang kebudayaan Jawa Barat. Semoga pementasan ini dapat menjadi sajian yang bermanfaat, menginspirasi dan juga menghibur bagi para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya, dikutip dari siaran pers yang diterima Tempo.

Selama kurang lebih 60 menit, penikmat seni dihibur dengan drama tari yang dikemas dengan gaya Jaipongan tentang kisah Nyimas Kawung Anten. Nyimas Kawung Anten adalah penggambaran sosok seorang wanita yang dengan keteguhan dan kesetiaan yang tangguh dalam menghadapi dan menyikapi segala macam dinamika hidup dan kehidupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewi Gita menampilkan Tari Jaipong dalam pertunjukan Nyimas Kawung Anten di Galeri Indonesia Kaya pada Sabtu, 23 Maret 2024. Dok. Galeri Indonesia Kaya

Denada Dapat Banyak Ilmu tentang Tari Jaipong

”Penampilan kami ini merupakan salah satu upaya yang kami lakukan untuk melestarikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni yang hadir di Auditorium Galeri Indonesia Kaya. Saya dan Dewi Gita juga memperoleh banyak ilmu baru dari Padepokan Jugala Raya, tentang ragam koreografi dari tari Jaipongan," kata Denada.

Menurut Denada, penampilan mereka begitu spesial karena biasanya membawakan tarian yang lebih kontemporer, kali ini lebih mengangkat nilai tradisi. "Kami harap, penampilan kami dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni," katanya.

Dewi Gita Senang Bisa Lestarikan Tari Jaipong

Dewi Gita mengungkapkan bahwa Jaipongan merupakan salah satu tari yang telah dipelajarinya sejak kecil. Pada Desember lalu, sinden asal Bandung itu pernah mendapat kesempatan untuk menarikan Tari Jaipong ke hadapan para penikmat seni di Sukabumi.

Kini, Dewi Gita kembali dipercaya untuk menari bersama Denada dan Padepokan Jugala Raya yang sudah hampir selama setengah abad senantiasa mengenalkan, mengajarkan dan menampilkan Tari Jaipong.

"Senang rasanya bisa melestarikan tari Jaipongan dengan ikut menarikannya ke hadapan para penikmat seni yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya. Semoga penampilan kami dapat mewarnai akhir pekan para penikmat seni," kata Dewi Gita.

Padepokan Jugala Raya didirikan pada 1976 oleh mendiang Gugum Gumbira, Maestro Tari Jaipongan dan istrinya, mendiang Euis Komariah, penyanyi Cianjuran. Sepeninggalan keduanya, putri mereka, Mira Tejaningrum Gumbira meneruskan upaya pelestarian tari Jaipongan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus