Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dipha Barus, disjoki (DJ) dan produser yang dikenal lewat lagu-lagu pesta seperti ‘No One Can Stop Us’ dan ‘Decide’, kini kembali dengan sisi berbeda. Melalui single terbarunya, ‘Rima Raga’ yang rilis pada Jumat, 15 November 2024, Dipha turut menggandeng Kunto Aji, The Adams, dan gitaris Swellow, Andi ‘Idam’ Fauzi.
Makna ‘Rima Raga’ untuk Dipha Barus
Dipha terakhir merilis karyanya pada 2021, dengan ‘Keep It Hush’. Lewat lagu barunya kali ini, produser peraih 9 piala AMI Awards itu membawa pendengarnya ke perjalanan baru. ‘Rima Raga’ menjadi manifestasi dari perjalanan mental Dipha setelah beberapa tahun melewati pergumulan batin dan masa-masa sulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2023, Dipha mengalami masalah psikologis yang membawanya ke titik terendah dalam hidupnya. Masa sulit itu membawanya ke terapi intensif, dan menyeret dirinya dalam masa-masa gelap. Dalam proses tersebut, kata-kata dan ritme perlahan muncul sebagai makna kesadaran baru, hingga akhirnya melahirkan ‘Rima Raga’.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laki-laki kelahiran 1986 itu mengenang momen saat pulang dari psikiater, ia merasa bingung dengan perasaan yang datang. “Setelah gue melakukan sesi terapi, waktu itu hari ‘gelap’ gue,” ungkap Dipha, melalui keterangan resmi yang diterima Tempo pada Rabu, 13 November 2024.
Dalam kondisi tersebut, ia mengingat pesan psikiaternya yang menyarankan untuk menulis segala perasaannya sebagai bentuk terapi. “Psikiater gue bilang tulis aja semuanya, journaling. Lagu ini adalah journaling gue,” kata dia.
Proses Kreatif Dipha Melibatkan Musisi Lain
Dalam mencari suara yang tepat untuk mewakili emosinya, Dipha menghubungi Kunto Aji. Tanpa ragu, Kunto Aji menyetujui ajakan tersebut. Bersama-sama, mereka menulis lirik lagu yang merefleksikan apa yang dirasakan Dipha. Pelantun ‘Saudade’ itu ingin merepresentasikan apa yang dirasakan Dipha.
“Jadi, nulisnya bareng-bareng. Di satu ruangan bareng gitu. Tantangannya harus lebih banyak ngobrol sama Dipha soal apa yang mau disampaikan sama dia,” ungkap Kunto Aji. Selama proses kreatif, Dipha juga teringat dengan permainan gitar Andi ‘Idam’ Fauzi dari Band Swellow, yang membawa energi khas dalam lagu ini.
The Adams, band rock alternatif Tanah Air, juga menambah warna dengan vokal mereka yang berkarakter. “The Adams menjadi backing vocal. Karena ini lagunya kan hal yang nggak bisa terucap,” kata Dipha.
Ia merinci, interpretasi tersebut ada di vokal The Adams terakhir, bagian Ale (Saleh Husein) yang bernyanyi dengan berteriak. Adapun The Adams memaknai keterlibatannya dalam track ini secara bijak. Menurut mereka, musik bukan saja katarsis bagi penciptanya, tapi juga untuk pendengarnya.
“Kami bukan di wilayah kedokteran atau psikiatri, kami ada di wilayah kesenian. Karya yang kami rilis bukan obat, tapi mungkin bisa menjadi nutrisi,” kata Ale menambahkan.
Kejujuran dalam Lirik ‘Rima Raga’
Lirik ‘Rima Raga’ merupakan hasil refleksi dari pergumulan batin Dipha. Kata-kata seperti, “Di antara suka duka, di sanalah aku berada,” dan “Duka lara juga asa kuindahkan apa adanya,” menyampaikan afirmasi tentang penerimaan diri. Lirik ini menggambarkan bahwa setelah mengalami masa-masa sulit, Dipha memilih untuk memeluk dirinya sendiri—menerima segala baik dan buruk yang terjadi dalam hidupnya sebagai satu kesatuan yang indah.
Pengalaman membuat ‘Rima Raga’ memberi semangat baru bagi Dipha dalam menciptakan musik. “Setelah sekian lama, gue merasakan kembali antusias yang besar dengan proses produksi musik,” ungkap Dipha.
‘Rima Raga’ dirilis di bawah label Pon Your Tone, yang didirikan oleh Dipha. Proses mixing dikerjakan oleh Jonathan Pardede, sedangkan mastering ditangani oleh Sam John dari Precise Mastering. Video musik dari single ini, yang disutradarai oleh Anggun Priambodo dan Moses Sihombing, menambah dimensi visual yang mendukung eksplorasi sonik yang dihadirkan oleh Dipha dan para kolaboratornya.