Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SAYA datang ke Bandung, masuk Institut Teknologi Bandung, 32 tahun lalu, sebagai seorang lulusan sekolah menengah atas ”kuper” dari Solo. Mungkin secara akademis saya tidak terbelakang amat, tapi wawasan saya hampir hanya secupet batas-batas geografis Kota Solo. Meski institut itu memiliki segudang unit aktivitas yang dahsyat, adalah Masjid Salman yang lebih banyak membentuk kepribadian dan menjembarkan wawasan saya sebagai seorang mahasiswa muslim. Di keteduhan masjid tak berkubah inilah saya disadarkan untuk pertama kalinya akan peran mahabesar setiap kita bagi kemanusiaan, tak lain dan tak bukan oleh Imaduddin Abdurrahim, yang akrab disapa Bang Imad.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo