Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Mengenal Kofia, Band Indie Swedia yang Pro Palestina dan Anti Zionisme

Kofia adalah band independen sayap kiri dari Swedia yang membuat lagu-lagu dengan tema pembebasan Palestina

2 Januari 2024 | 14.20 WIB

Orang-orang menghadiri demonstrasi untuk mengekspresikan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di New York City, New York, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Perbesar
Orang-orang menghadiri demonstrasi untuk mengekspresikan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di New York City, New York, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Eduardo Munoz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perlawanan pada penjajahan Israel di Palestina tidak hanya dilakukan dengan jalan perang. Ada juga yang melawan melalui seni musik. Banyak karya seni musik dengan tema pembebasan Palestina yang lahir bukan di negeri para nabi tersebut. Sejumlah lagu dengan tema dukungan pada Palestina juga muncul di Eropa. Yang hits saat ini misalnya, ada Kofia dari Swedia.

Kofia merupakan grup musik yang berdiri pada tahun 1972. Grup musik itu didirikan oleh George Totari, seorang Kristen kelahiran Nazareth pada tahun 1946. Ia lahir dua tahun sebelum Nakba, peristiwa penjajahan Israel dan pengusiran ribuan warga Palestina. Dilansir dari trtworld.com, Totari dan keluarganya minggat dari Palestina ke Swedia setelah Israel menduduki banyak wilayah Palestina pada 1967.  

Saat tiba di Swedia pada umur 21 tahun, Totari tak melupakan tanah kelahirannya Palestina. Sebagai diaspora Palestina di Eropa, ia turut mengutuk zionisme yang membuat tanah kelahirannya terjajah. Hal itu terlihat jelas dalam karya-karyanya di rentang 1972 hingga 1987. Di periode itu, Totari membentuk band bersama para imigran Palestina dan kelompok sayap kiri Swedia. Band itu ia beri nama Kofia, dialek Swedia untuk menyebut kefiyyeh, syal penutup kepala khas Palestina. 

Dikutip dari rateyourmusic.com, lagu-lagu Kofia sarat dengan nuansa perlawanan dan anti imperialisme yang kental.  Setiap albumnya bercerita tentang perjuangan dan kemerdekaan  warga Palestina dari penjajahan Zionis.

Band yang saat itu beranggotakan Hassan Bakri, George Totari, Wille Sidén, Magnus Törnblad, Bengt Carlsson, Lars Carlsson, Thomas Andersson, Anna-Lena Näsström, Carina Olsson, dan Imo Olsson itu berkarya secara independen tanpa dukungan label besar. 

Band yang berbasis di Göteborg, Västra Götalands län, Swedia ini kembali terkenal akhir-akhir ini.  Lagu mereka berjudul 'Leve Palestina' atau Long Live Palestine dan Demonstrationssången/Tahiyya Falastin banyak menjadi latar video pendek atau demonstrasi pro Palestina di berbagai negara.   

Lagu itu memuat banyak lirik bernada keras seperti :

Leve Palestina och krossa Sionismen (Panjang umur Palestina dan hancurkan Zionisme)

Och vi har kastat stenar på (Dan kami telah melempar batu)

Soldarte och policemen (kepada tentara dan polisi) 

Och vi har skjutit raketer (dan kami telah menembakkan roket)

Mot våra fiender (melawan musuh kita)

Och hela världen känner var kamp (dan seluruh dunia mengetahui misi kami) 

Lagu itu juga memuat pesan anti imperialisme dan dukungan pada sosialisme, terlihat dari lirik berikut ini:  

Och vi ska befria vårt land (Dan kami akan membebaskan negara kami)

Från im perialismen (dari imperialisme)

Och vi ska bygga up vårt (dan kami akan membangun negara kami)

Till sosialismen (untuk sosialisme)

Och hela värden kommer att bevittna (dan seluruh dunia akan bersaksi) 

Dikutip dari palestinechronicle.com, Kofia memulai albumnya dengan pesan militan dan berani untuk menentang rezim Israel. Album ini berjudul Palestine My Land dan dirilis pada 1976. Tak hanya itu, lagu kedua “long live the people’s revolution!” dalam album ini ditujukan langsung kepada pemimpin militer Zionis Moshe Dayan, yang dinyanyikan berdasarkan kisah seorang wanita yang suaminya bergabung dengan gerilyawan. Album diakhiri dengan Baladi My homeland, sebuah lagu tradisional dengan lirik yang berfokus pada hak untuk kembali ke Deir Yassin, Galilea dan Yafa. 

Bertajuk Earth of My Homeland, album kedua Kofia bercerita tentang kesuburan tanah, kota-kota dan desa-desa Palestina, serta kekuatan para pengungsi perempuan Palestina. Album yang dirilis pada 1978 ini juga menyerukan pemuda Palestina untuk memberontak melawan penjajah, penindas, dan kaum yang menjual diri, menyinggung Sadat yang kala itu menandatangani perjanjian dengan Israel dan AS.

Earth of My Homeland diakhiri dengan lagu Kofia yang kini paling terkenal, yakni 'Leve Palestina' atau Long Live Palestine dan berjudul Demonstrationssången/Tahiyya Falastin. Dengan paduan suara berulang yang menarik, komposisi lagu ini merupakan memanifesto pembebasan dan hak untuk kembali, hubungan dengan tanah air, dan seruan solidaritas

Album ketiga mereka yang bertajuk Mawwal to My Family and Loved Ones dibuat untuk mengenang kebakaran di Beirut dan pembantaian Sabra dan Shatila oleh Israel. Dalam album ini, Kofia juga memuat cerita-cerita yang menjunjung tinggi ketahanan masyarakat Palestina.

Album terakhir mereka berjudul Long Live Palestine dan dirilis pada 1988. Long Live Palestine direkam di tengah bergolaknya perlawanan atau gerakan intifada pada 1988. Teranyar, band ini merilis film pendeknya Kofia: A Revolution Through Music yang menceritakan bagaimana orang-orang Palestina menghadapi pengasingan, kritik keras terhadap Zionisme, imperialisme, dan para politisi Palestina yang dianggap jadi boneka Israel.

Pilihan Editor: 5 Negara Komunis yang Mendukung Palestina dari Penjajahan Israel 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus