Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tonny Koeswoyo meninggal dunia pada 27 Maret, 34 tahun yang lalu. Namanya sudah tidak asing lagi dunia musik Tanah Air. Ya, dia adalah maestro dari grup band legendaris yang dikenal dengan Koes Bersaudara dan Koes Plus. Pria kelahiran 19 Januari 1936 ini merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara pasangan R. Koeswojo (Raden Koeswoyo) dan Rr. Atmini. Tonny menghabiskan masa kecil bersama saudara-saudaranya di Tuban, Jawa Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak kecil, Tonny yang memiliki nama asli Koestono, gemar memainkan alat musik. Kegemarannya ini didapat dari ayahnya yang terampil memetik gitar dan main musik Hawaiian.Mulanya, Tonny melatih kemampuannya dengan cara menabuh ember yang diisi air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sang Abang, Jon Koeswoyo membelikan Tonny alat musik lengkap saat ia beranjak remaja. Alat musik ini juga diperuntukkan kepada adiknya yang lain Nomo, Yok dan Yon Koeswoyo. Dengan dalih agar adik-adiknya tidak ikutan tren geng motor yang sedang marak kala itu. Jon membelikan 1 buah bass betot, dua buah gitar pengiring , dan 1 set drum.
Awal karir Tonny dimulai sejak masa sekolah. Naluri bermusiknya begitu menggelora, sehingga ia membentuk band di sekolahnya, yang diberi nama Gita Remaja. Hingga akhirnya, Tonny beberapa kali tidak naik kelas karena terlalu sibuk dengan dunia musiknya.
Perjalanan Koes Bersaudara tidaklah mulus. Tonny beberapa kali membentuk sebuah band yang akhirnya bubar. Ambisi Tonny untuk membuat sebuah band dilaluinya dengan lika liku yang panjang. Mulai dari album yang tidak laku, tidak direstui sang Ayah, hingga ditentang adiknya karena memasukkan orang lain ke dalam tim.
Bahkan, Koes Bersaudara pernah masuk penjara karena menyanyikan lagu berjudul Ngak Ngik Ngok yang dianggap tidak berbudaya Indonesia yang berbau Nekolim (Neo Kolonial dan Imprealis) kala itu. Tonny dimasukkan satu sel bersama adik-adiknya, Nomo, Yon, dan Yok di Penjara Glodok tanggal 29 Juni 1965.
Hidup Tonny dihabiskan dengan bermain musik hingga akhirnya ia menutup usia dengan kanker usus yang dideritanya. Tonny meninggal dunia pada hari Minggu tanggal 27 Maret 1987 di umur 51 tahun. Tonny meninggal dengan tenang di hadapan keluarganya. Ia dituntun oleh abang tertuanya Jon Koeswoyo ketika menghadap Sang Kuasa.
Saat menjalani perawatan di RS Setia Mitra, hasratnya sebagai seorang musisi tidak sedikit pun berkurang. Ia dibantu oleh pemusik Onny Suryono, yang juga kawan akrabnya untuk membantu memegang gitar saat Tonny menemukan ide sebuah lagu.
Terciptalah beberapa lagu yang seakan merupakan warisan terakhir Tonny Koeswoyo sebagai seorang musisi. Cakrawala Hati, Dewi Sri, Nenek Sayang dan Wit Gedhang. Lagu itu seakan menjadi saksi sisa-sisa kedahsyatan seorang musisi yang merupakan revolusioner musik pop Indonesia, Tonny Koeswoyo.
Sejarah musik Indonesia mencatat bahwa tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Koes Bersaudara merupakan pelopor mencipta dan merekam lagu berbahasa Indonesia.
Tonny Koeswoyo berseru agar musisi Indonesia jangan segan menggali kekayaan seni musik tradisional Indonesia. Tonny berhasil meramu musiknya dengan warna lokal atau tradisional Indonesia. Hingga hari ini sulit ditemukan musisi sekonsistensi Tonny dalam beridealisme.
Lagu-lagu ciptaan Tonny Koeswoyo yang populer dibawakan Koes Plus telah banyak didaur ulang penyanyi di era setelahnya. Di antaranya Chrisye, Lex's Trio, Richie Ricardo, Kahitna hingga Marshanda. Selain itu tidak sedikit pula grup musik nasional sejak era 1980-an hingga saat ini yang khusus membawakan lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus di berbagai show mereka.
WINDA OKTAVIA