Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Puisi 'Melpomene' karya Dedy Tri Riyadi
Puisi Muhammad Daffa berjudul 'Musim Rantau'
Dedy Tri Riyadi dan Muhammad Daffa menulis di berbagai media.
DUA penyair yang kami hadirkan kali ini adalah Dedy Tri Riyadi dan Muhammad Daffa. Dedy tampil dengan puisinya berjudul "Melpomene". Adapun Muhammad Daffa menyuguhkan puisi berjudul "Musim Rantau".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dedy Tri Riyadi lahir di Tegal, Jawa Tengah. Sehari-hari ia bekerja sebagai tenaga lepas periklanan dan pemasaran. Ia juga menjadi editor puisi di Porch Literary Magazine. Aktif menulis puisi, cerita pendek, biografi, serta tulisan nonfiksi tentang sastra, ekonomi, dan filsafat. Ia telah menerbitkan beberapa buku puisi, salah satunya berjudul Berlatih Solmisasi (2017).
Muhammad Daffa lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada 1999. Alumnus Jurusan Sastra Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, ini menyiarkan puisi-puisinya di berbagai media. Buku puisinya berjudul Talkin (2017) dan Suara Tanah Asal (2018). Bergiat di Padepokan Kuda Hitam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dedy Tri Riyadi
Melpomene
Setiap suara adalah warna—
dihimpun untuk dipancarkan
seperti prisma dengan cahayanya.
Seperti ketika cahaya menembusi
kaca patri di dinding
& langit-langit gereja
saat seseorang bicara
tentang suasana tengah malam
dari atas mimbar,
Aku mengira setiap suara
akan melengkung di udara
lalu menjadi nada yang hilang.
Sementara warna-warna itu
kembali merangkak ke dalam bayangan,
menyelinap pada lipatan-lipatan waktu,
lalu lupa – mereka harus kembali.
Di antara semua itu—
kau adalah ledakan kecil.
Mencipta dunia baru;
di sana, aku melihat diriku
terfragmentasi, berputar seolah
tengah menari gembira,
dalam; bentuk, cahaya, warna
tanpa sedikit pun bermaksud
menggelorakan arus sungai suara.
2025
Muhammad Daffa
Musim Rantau
datangkan
yang telanjur dipanggil datu,
biar kembali kobar hingar rantau,
biar tersibak
kerumunan duka
paling pukau
katakan, katakan kepada nini kai,
hingga mantra selesai disepah,
hingga dalail selesai
melantun iqra terindah,
ini jiwa tak sekadar baka,
ini tubuh tak sekadar hening patiraga
menyentuh nyanyi yang moksa,
ke ujung matahari,
alamat kasim berkirim tolak bala,
sambutlah ia
dengan Yasin bermuka-muka,
air datu air rantau,
enyahlah berkabut-kabut risau,
membelasah masa lalu
berceracau parau
Banjarbaru, 2024-2025
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo