Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menata kawasan Bundaran Hotel Indonesia agar lebih indah dan bermanfaat untuk masyarakat.
Sesuai dengan rencana akan dibangun museum mini di bawah tanah Bundaran HI.
Revitalisasi Bundaran HI juga akan disambungkan dengan stasiun MRT.
JAKARTA — Lalu lintas di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI) tampak padat merayap, kemarin sore. Jam pulang kerja membuat mobil, sepeda motor, dan bus Transjakarta antre melintas di sekitar Bundaran HI. Lalu lintas di Bundaran HI bisa jadi bakal semakin padat saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merealisasi proyek revitalisasi Bundaran HI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah lama DKI berencana memugar Monumen Selamat Datang dan sekitarnya. Pada akhir Januari lalu, pemerintah provinsi menunjuk PT Arkonin dan Pavilion 95 sebagai pemenang sayembara desain. Gambar rancang berjudul "Jejak Bangsa di Gerbang Indonesia" itu mengalahkan empat pesaing. Namun belum ada keterangan kapan proyek ini akan dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tugu Selamat Datang dan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, 3 Juni 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Anggota Tim Desain Arkonin, Firman Setia Herwanto, mengatakan ide desain datang dari posisi dan peran Monumen Selamat Datang. "Bundaran HI atau Monumen Selamat Datang menjadi penyambut kegiatan penting, seperti Asian Games 1962, Ganefo 1963, dan seterusnya sampai sekarang," kata Firman kepada Tempo, kemarin.
Lebih dari itu, dia melanjutkan, Bundaran HI menjadi titik temu dua koridor pembangunan Jakarta. Pada masa penjajahan, kata Firman, Belanda membangun Batavia dalam koridor timur ke barat, yakni dari Jatinegara dan Matraman ke Jalan Diponegoro. Pada masa pemerintahan Presiden Sukarno, dibangunlah koridor utara ke selatan, yaitu Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman. "Titik temu dua koridor itu di Bundaran HI," kata Firman.
Tim arsitek menyadari betul status cagar budaya Monumen Selamat Datang. Karena itu, desain Firman cs tidak akan mengubah bentuk kolam dan patung. Fokus penataan dilakukan di luar kolam hingga bawah tanah Bundaran HI.
Firman mengatakan diameter kolam Monumen Selamat Datang adalah 100 meter. Adapun jarak antara bibir kolam dan jalan selebar 5 meter. Ruang 5 meter berupa batuan dan mesin pompa air. "Area selebar 5 meter itu akan kami coak sedalam 1,5 meter dari permukaan tanah," ujarnya.
Desain revitalisasi Bundaran HI oleh Tim Desain Arkonin. Dokumentasi Arkonin
Sesuai dengan desain, area kerukan berbentuk melingkar itu akan dijadikan museum atau ruang pamer yang menjelaskan perjalanan Indonesia. Sebagai contoh, di satu titik akan dipasang gambaran saat Indonesia merdeka. Bagian tersebut akan dipasang di sisi yang menghadap ke arah Tugu Proklamasi. "Kami ingin merekam sejarah bangsa Indonesia di bawah tanah Bundaran HI," kata dosen arsitektur Universitas Pelita Harapan itu.
Menurut Firman dan tim Arkonin, revitalisasi Bundaran HI harus memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Manfaat itu, di antaranya, mereka rancang lewat penyuguhan informasi historis ala museum tersebut di ruang publik. "Sejarah sudah bukan hanya didapatkan di sekolah, tapi juga bisa di mana saja," kata dia.
Selain untuk museum, ruang bawah tanah di seputar Tugu Selamat Datang itu akan terkoneksi dengan stasiun mass rapid transit (MRT). Harapannya adalah mempermudah serta memberi nilai tambah perjalanan dengan transportasi publik.
Firman mengatakan rancang desain revitalisasi Bundaran HI buatan Arkonin itu melibatkan ahli teknik sipil dan kelistrikan. Sebab, desain yang diminta Pemprov DKI bukan sekadar rancangan di atas kertas.
Gambar desain museum di seputar Monumen Selamat Datang oleh Tim Desain Arkonin. Dokumentasi Arkonin
Firman mengakui revitalisasi Bundaran HI bakal sulit. Sebab, kontraktor tak boleh mengganggu arus kendaraan yang berlalu-lalang di Bundaran HI. Jadi, dia melanjutkan, pemugaran akan digarap dari bawah tanah.
Tantangan lain, ujar dia, adalah sungai yang mengalir di bawah Bundaran HI. Namun saat pembangunan Monumen Selamat Datang pada 1962, kali itu dibelokkan dengan sodetan untuk mempermudah pemeliharaan kolam. Dalam revitalisasi Bundaran HI nanti, bentuk sungai itu akan dikembalikan. "Secara teknik sipil, soal sungai bawah tanah ini sangat menantang," kata Firman.
Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan niat revitalisasi kawasan Bundaran HI memang tak ada salahnya. Namun dia berharap Pemerintah Provinsi DKI realistis tentang pendanaan.
Jika modal pemugaran berasal dari APBD, ada baiknya pemerintah provinsi menunda revitalisasi Bundaran HI. Sebab, masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak, seperti pengendalian banjir, pembenahan kampung kumuh, serta penanganan pandemi Covid-19 yang belum juga selesai. "Kecuali ada sponsor pihak ketiga atau corporate social responsibility swasta," kata Nirwono. "Karena proyek ini sifatnya lebih pada 'beautifikasi' (mempercantik) kota."
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo