Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara sekaligus penulis naskah serial Parasyte: The Grey, Yeon Sang Ho memuji karya-karya Joko Anwar. Dalam pertemuan keduanya di sebuah wawancara melalui layanan OTT Netflix, Yeon Sang Ho memuji serial web Nightmares and Daydreams miliik Joko Anwar. Serial itu, membuatnya ingin memiliki ekspektasi tinggi, seperti film kesukaannya, The Twilight Zone.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat menonton Nightmares and Daydreams, menarik sekali. Bagaimana tiap episode membuat penonton menantikan kelanjutannya," kata Yeon Sang Ho yang dikutip Tempo dalam akun Youtube Netflix , Kamis, 2 Mei 2024.
Hal yang Jadi Pembeda dari Karya Joko Anwar
Sutradara film Train to Busan itu juga mengatakan, besutan Joko Anwar itu memiliki format yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia menyebut, dunia yang Joko Anwar ciptakan dalam serial itu sangat menarik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini berpotensi memikat audiens global atau secara keseluruhan. Tidak hanya di Indonesia saja," kata Yeon Sang Ho.
Ia berpesan kepada Joko Anwar agar memperluas audiens untuk tidak hanya bermain di Indonesia, melainkan juga ke dunia yang lebih luas. "Saya percaya ini bisa benar-benar menglobal. Karena itu saya pikir akan sangat menarik jika seri ini diperluas untuk menciptakan dunia yang lebih luas lagi," kata Yeon.
Serial The Twilight Zone Menginspirasi Joko Anwar
Joko Anwar mengakui, jika serial The Twilight Zone menjadi salah satu serial yang menjadi inspirasinya saat menggarap serialnya itu dengan sentuhan fiksi ilmiah. Sebab, menurut Jokan, pangilan akrabnya, genre fiksi ilmiah adalah genre yang baru di Indonesia.
"Betul sekali, saya rasa Twilight Zone memang salah satu inspirasi dalam menggarap Nightmares and Daydreams. Namun dengan sentuhan fiksi ilmiah yang terbilang baru di Indonesia," kata Jokan.
Sutradara film Siksa Kubur itu juga menuturkan, serialnyal terbilang baru di Indonesia. Ia memasukkan kisah yang relevan bagi penonton Indonesia. "Sperti isu sosial, politik. Kami mengangkatnya dan memasukkannya dalam cerita Nightmares and Daydreams," katanya. Ia berharap penonton Indonesia dapat benar-benar hanyut dalam ceritanya.