<font face=arial size=1 color=brown><B>Tika Bisono</B></font><BR>Izin dari Mendiang Anak

Kenangan pada Janika, putri keduanya yang meninggal Juli lalu lantaran demam berdarah, masih membekap Tika Bisono, 47 tahun. Bayangan pahit kerap muncul bila ia melihat gambar anak terbaring sakit di televisi. Trauma? ”Masih banget,” kata psikolog yang dulu pernah jadi penyanyi itu. ”Saya tidak mencoba merasa sok kuat.”

Namun, siapa sangka, Tika malah dipilih menjadi Duta Kampanye Demam Berdarah oleh sebuah perusahaan farmasi. Semula ia tak mau menerima begitu saja peran itu. Pendekatan awal dilakukan melalui adiknya, kemudian ia mengikuti focus group discussion (FGD). Tika bahkan mendatangi pusara Janika untuk meminta izin. ”Nik, boleh nggak? I hope you OK,” begitu katanya setengah berbisik seolah putri kecilnya itu masih hidup.

Lantaran tugas itu malam-malam, ia kerap mendapat telepon dari keluarga pasien. Seorang ibu tak dikenal, misalnya, menceritakan telah kehilangan anaknya. Tangis tumpah di antara mereka, tapi Tika masih bisa memberikan semangat untuk tegar menghadapi musibah. ”Saya merasa kayak pahlawan, tapi ini self therapy juga,” katanya.

Pernah pula seorang ibu mengontaknya dari rumah sakit dan meminta saran untuk menangani anaknya yang terbaring sakit. Beruntung Tika sudah dibekali pengetahuan tentang obat yang bisa menurunkan panas secara ampuh. Perempuan yang masih mengenakan kalung putri kecilnya itu berucap sendu, ”Ya, hitung-hitung ini sumbangan Janika untuk Indonesia.”