Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berperan sebagai Kepala SMA Manggar, Belitung, bagi seniman Landung Simatupang, 58 tahun, bukanlah hal sulit. Semasa muda, pria Batak kelahiran Yogyakarta itu memang pernah menjadi guru di SMA Santo Thomas, Yogyakarta. Ia juga pernah mengampu mata kuliah drama di almamaternya, Jurusan Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada.
Meski suaranya lantang, jangan samakan ia dengan Pak Mustar dalam film Sang Pemimpi yang galak itu. ”Aku sama sekali tak pernah marah dan membentak. Terkadang malah melucu,” ucapnya.
Lantas bagaimana ia memunculkan aura keangkeran dalam karakter Pak Mustar? Landung rupanya teringat guru sekolah menengah pertamanya. ”Matanya sipit tapi sorot matanya garang. Kumisnya jarang. Beberapa teman menjulukinya macan,” katanya terbahak.
Namun yang paling mengesankan bagi pemain film Daun di Atas Bantal ini adalah kecepatannya menyerap logat Belitung. Bagi masyarakat Belitung, logat menjadi hal sensitif. Karena logat mereka berbeda dengan logat Melayu Malaysia. Di Medan, bahkan di Belitung sendiri, seusai pemutaran film, beberapa orang mengira Landung warga asli Belitung. ”Tentu saja kesan itu lenyap begitu mereka ngobrol denganku, blasteran Batak-Jawa yang seumur-umur ngendon di Yogya,” ucapnya terbahak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo