Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prihatin. Itulah yang tengah dirasakan mantan penyanyi cilik Shafa Tasya Kamila, 17 tahun. Gadis remaja ini cemas menyaksikan industri musik anak. Di tengah maraknya pencarian bakat penyanyi anak, lagu yang laris pada masa kanak-kanaknya justru jarang didendangkan. "Aku sedih melihat banyak anak hafal lagu-lagu orang gede, tapi lagu anak-anak malah enggak mengerti," katanya.
Ketika ditanya apa yang akan dilakukan jika ditunjuk menjadi penasihat program lagu anak, dengan lugas pelantun tembang Libur Telah Tiba ini akan memberikan persyaratan mutlak untuk karakter dan jenis lagu yang dinyanyikan. "Lagu-lagunya sebaiknya yang netral seperti cerita alam, persahabatan, cinta orang tua, belajar," ungkapnya.
Jika memang menggunakan lagu orang dewasa, menurut Tasya, alangkah lebih baik jika syair cinta antarorang dewasa diubah menjadi cinta antarsahabat atau kepada orang tua. "Itu lebih pas," ucapnya.
Satu hal yang saat ini juga jarang ditemui oleh gadis yang tengah menanti pengumuman PMDK Universitas Indonesia ini adalah penampilan anak-anak yang apa adanya. Anak-anak saat ini cenderung bergaya ala orang lain. "Imajinasinya yang dibangun lewat lagu enggak keluar. Coba dengan tampil alami, enggak usah dibuat-buat, pasti akan lebih baik," katanya. Jadi, itu ya rahasianya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo