Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jantung Tubagus Hasanudin, 58 tahun, berdebar kencang ketika tiba di perbatasan Mesir-Jalur Gaza, Senin dua pekan lalu. Soalnya, "kawasan perang" itu bukan tempat yang aman untuk berkunjung. Tubagus memimpin delegasi berisi 17 anggota Komisi Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat yang datang untuk menyatakan solidaritas terhadap warga Gaza yang diblokade Israel.
Semalam menginap di Gaza dan menyerahkan bantuan senilai Rp 20 miliar untuk membangun rumah sakit, mereka menuju Suriah. Suasananya tak kalah mencekam karena rombongan harus melewati penjaga bersenapan AK-47 yang berjejer di jalanan. "Kami tidak diberi tahu akan dibawa ke mana dan bertemu dengan siapa," ujar Tubagus. Mereka baru tahu tujuan setelah tiba di rumah yang ternyata milik seorang pemimpin Hamas. Sebelum masuk rumah, para anggota Dewan itu harus menyerahkan kamera, telepon seluler, dan peralatan elektronik lain.
Suasana baru cair setelah mereka bertemu dengan sang pemimpin Hamas. Tak disangka-sangka, pemimpin Hamas itu langsung meminta foto bersama. Penjaga di sekitar rumah pun terheran-heran. "Masih dengan muka bingung, serius, dan kaku, mereka mengambil gambar kami, sedangkan pemimpin mereka malah akrab tertawa," kata Tubagus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo