Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANWAR Ibrahim punya cara pandang sendiri tentang kebebasan. Menurut bekas Wakil Perdana Menteri Malaysia itu, kebebasan bukan berarti bisa sebebasnya tanpa mempertimbangkan pertanggungjawaban. ”Memiliki cara pandang yang berbeda tentang kebebasan adalah kebebasan itu juga,” Anwar berpidato di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu. Dia mengaku tidak ingin terjebak dalam konsep kebebasan yang diperkenalkan Barat.
Malam itu Anwar menyampaikan pula keengganannya untuk mengaitkan semua yang diucapkannya dengan agenda politik. Keengganan itu terbawa saat dia menyinggung batik lengan panjang cokelat yang dikenakannya. Anwar tak mau menyebut asal batik itu. ”Kalau saya bilang ini dari Indonesia, bisa-bisa dibilang antinasionalis (di Malaysia),” katanya.
Sebaliknya, dia mengaku serba salah bila menyebut batik itu berasal dari Malaysia. ”Nanti orang Indonesia akan bilang, ah, terlalu jelek,” dia menambahkan. Namun setengah bercanda Anwar mengatakan, ”Saya akui, yah..., mereka (Malaysia) sedikit kurang kreatif. Tapi ini tidak saya sampaikan di depan mereka.” Lalu? ”Biar lebih fair, bagaimana kalau saya bilang saja batik ini dari Afrika?” ujarnya diikuti tawa seluruh hadirin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo