Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA Wakil Presiden Jusuf Kalla berada di Belanda, dia selalu "melekat" di setiap acara. Sabtu dua pekan lalu, setelah mendampingi Kalla dari rumah dinas Perdana Menteri Balkanende, dia lompat ke miniatur Negeri Kincir Angin di Madurodam, rileks sejenak menjajal panekuk tertua di Den Haag, dan akhirnya menghadiri pesta koktail dengan menteri dan pengusaha setempat.
Ahad paginya Duta Besar RI di Belanda ini meninjau pelabuhan Rotterdam. Lalu bergeser ke pasar loak di Leiden, sebelum menutup malam sebagai pemandu dialog Wakil Presiden dengan sekitar 200 warga Indonesia di Wisma Duta. Padahal Junus Effendy Habibie, yang biasa dipanggil Fanny, kakek delapan cucu dari tiga anaknya itu, sudah 71 tahun. Kedua lututnya bermasalah akibat tabrakan, sehingga tak bisa bergegas ketika naik-turun mobil.
Tapi wajah duta besar terbaik tahun lalu versi sebuah lembaga bergengsi di Den Haag itu tetap saja berbinar. Ia sukses "memaksa" para petinggi Belanda bertemu JK dan rombongan. "Padahal, kalau akhir pekan, susah betul mereka diatur," katanya kepada Tempo. Balkanende bahkan sejenak menghentikan pertemuannya dengan Perdana Menteri Gordon Brown di London. "Saya lega, siap mencukur kumis dan jenggot sesuai nazar," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo