Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah berperan dalam film Ayat-ayat Cinta, Rianti Cartwright, 24 tahun, agak berubah. Hatinya kini makin peka dan mudah tersentuh. Saat menyaksikan adegan menyedihkan di televisi, misalnya, dia mudah menangis. Padahal, sebelumnya, video jockey MTV Indonesia ini dikenal pecicilan, bawel, dan cempreng. Terpengaruh perannya di film?
Rianti mengaku memang begitu larut dalam perannya sebagai Aisah, yang sabar walau dilanda banyak cobaan hidup. Ketika ditawari bermain film Ayat-ayat Cinta, dia penasaran dan segera membaca novel karangan Habiburrahman Al Shirazy yang mengilhami film tersebut. ”Ternyata novelnya sangat mengharukan dan juga memberi perspektif baru tentang Islam yang lebih lembut dan romantis,” ucap perempuan berdarah Inggris dan Sunda-Jawa ini.
Sebagai Aisah, Rianti menyesuaikan diri menggunakan jilbab lengkap dengan cadar. Dia menolak bila cadar diidentikkan dengan fundamentalisme dan subordinasi perempuan. Rianti terbiasa tidak menilai orang dari penampilan fisik. ”Buat aku, emansipasi itu berarti perempuan punya pilihan sendiri, ketika dia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier, memilih pakaian apa yang dikenakan, juga untuk mau atau tidak dipoligami,” tuturnya.
Di film, Rianti harus mengikhlaskan suaminya berpoligami. ”Mungkin ada situasi yang menjadikan poligami sebagai solusi,” ujarnya. Poligami baginya merupakan pilihan, selama tidak ada keterpaksaan bagi perempuan untuk menerima itu. Apa dia sendiri mau dipoligami? ”Tidak,” jawabnya dengan cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo