Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=navy>Wirausaha</font><br />Radio Kayu dari Kandangan

Berawal dari sebuah kegagalan, produknya kini menembus pasar luar negeri. Semua materi dari tanaman di kampung halaman.

3 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA bening, tampilan yahud, menghasilkan duit pula. Begitulah radio kayu buatan Singgih Kartono, 40 tahun. Merknya Magno. Radio ini tak beda dengan radio lain, kecuali bahwa kotaknya terbuat dari kayu pinus dan sonokeling yang halus dan rapi—cantik luar biasa.

Peminatnya bejibun. Dari Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, tempat workshop-nya, Magno terbang ke Jepang, Inggris, Prancis, hingga Finlandia. ”Jepang merupakan pasar utama,” kata Singgih. ”Tidak terlalu besar, tapi kontinu.” Dalam sebulan, Singgih mengirimkan 50 unit radio kayunya ke negeri Jepun. Di sana Magno dijual 17.500 yen.

Saat ini radio kayu atau wooden radio boleh dibilang merupakan salah satu hot item. Rupanya, ketika banyak produk dibuat dari plastik, materi dari kayu memberikan eksotisme tersendiri. Isu lingkungan juga membuat produk semacam ini naik daun. Alhasil, dalam sepuluh tahun terakhir, produk semacam ini banyak diburu. Produsen asal Cina termasuk yang cepat bergerak.

Toh, radio Singgih tetap punya daya tarik. Berbeda dengan produk lainnya yang masih memuat unsur di luar kayu seperti logam dan plastik, produk buatan Singgih memakai kayu sebagai materi utama. Radio kayu buatannya mulai dikenal ketika dia menang dalam ajang International Design Resource Award pada 1997 di Seattle, Amerika Serikat.

Segera setelah itu, panitia ajang tersebut menggelar pameran yang sama di Jepang. Mereka mengundang Singgih. Tapi rupanya belum jodoh. Barulah dua tahun lalu, pintu terbuka lagi. Ketika itu Singgih mengirimkan karya-karya baru seri radionya. Pembeli di sana meminta dalam jumlah banyak, untuk dijual secara online.

Gara-gara dijual online, berbagai situs Internet mengulas Magno. Mereka membedah fungsi, desain, hingga konsep usahanya yang ramah lingkungan. Konsep eco product yang diusungnya menjadi nilai tambah. Semua materi yang dipakai untuk produk ini didapatkan dari tanaman yang tumbuh di kampung halamannya.

Kayu sonokeling, misalnya, diambil dari Magelang. ”Saat ini saya melakukan pembibitan tanaman yang dibutuhkan dalam usaha ini,” katanya. Memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya, begitulah konsep usahanya.

Keberhasilan Singgih sebetulnya bermula secara tak sengaja. Sebelumnya dia sempat menggarap produk furniture yang memadukan logam dengan rotan. ”Saya prihatin melihat masyarakat kelas menengah-bawah di daerah, yang tidak memiliki pilihan kecuali yang disodorkan oleh pasar dan dijiplak dari sinetron di televisi,” katanya.

Niat itu kandas. Sebabnya banyak. Salah satunya kesulitan mendapatkan bahan. Hingga suatu ketika, seorang kawannya meminta dia membuat desain dari kayu. Permintaan itu seperti mengingatkannya: selama bertahun-tahun Singgih telah menggauli kayu. Sebelum membangun Piranti Works, perusahaannya kini, tujuh tahun dia bekerja di sebuah perusahaan furniture kayu.

Sejak itu, mulailah Singgih kembali menggarap kayu. Produk pertamanya kaca pembesar dengan bingkai kayu, dalam berbagai ukuran. Kemudian dia merambah ke alat-alat kantor. Tiba-tiba Singgih teringat proyek tugas akhir kuliahnya di Jurusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Ketika mengajukan tugas akhir, dia membuat konsep radio kayu.

Untuk saat ini, Singgih memfokuskan pada pasar luar negeri. Alasannya sederhana: agar negeri ini, yang memiliki berbagai jenis kayu, dikenal sebagai penghasil produk kayu yang baik. Pasar dalam negeri pun terpaksa ditinggalkannya. Tahun ini pasar Amerika telah menanti produknya, berupa 2.000 unit radio kayu. ”Sekarang saya sedang mengerjakan order awal mereka,” katanya.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus