"SUNGAI Chao Phya terus mengaliri negeri ini dan airnya bisa berganti-ganti, begitu pulalah hidup kita ini." Itu bukan syair seorang pujangga Cina klasik. Itulah salah satu "kebijaksanaan" raja Muangthai, Bhumibol Adulyadej, Sabtu pekan lalu. Kata-kata itu mengalir ketika Raja memberikan sambutan di Kuil Wat Srirattanaraj Sudaram, kuil istana dalam upacara ulang tahunnya ke-60. Inilah usia yang, menurut Raja, "barulah bisa disebut tua," karena sudah memasuki siklus keenam. Rakyat Muangthai memberikan ucapan selamat kepada rajanya, dengan berbagai cara. Ada karnaval dan berbagai pertunjukan yang melibat pemain musik, drama, film, barongsai, dan jenis-jenis tari tradisional lainnya. Dan tak ketinggalan tinju Muangthai yang unik itu. Jumat, sehari sebelumnya, jutaan masyarakat Bangkok menyalakan lilin dan menyanyikan lagu puji-pujian bagi Raja. Raja Bhumibol, yang sudah 39 tahun bertahta, menjamu seribu pendeta Budha. Raja yang gemar melakukan kunjungan ke daerah-daerah ini selama bertahun-tahun dianggap simbol persatuan bangsa dan juga menjadi lambang stabilitas nasional. Ia, menurut undang-undang, memang tak berhak mencampuri urusan politik. Toh, ia aktif dalam proyek-proyek pembangunan. Dan kata orang, perebutan kekuasaan di Muangthai nyaris mustahil tanpa restu Raja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini