Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TERAS rumah Artika Sari Devi terlihat lebih segar dalam dua bulan belakangan. Puteri Indonesia 2004 tersebut memenuhi halaman rumahnya dengan tanaman, dari bunga, sayuran, buah, sampai tanaman herbal. "Kami mulai berkebun sejak pandemi," katanya, Rabu, 15 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artika, 40 tahun, mulanya menjadikan berkebun sebagai salah satu cara mengatasi duka setelah kehilangan janinnya pada April lalu. Ternyata, selain menjadi terapi, berkebun membuatnya lebih mudah mengajari dua anaknya, Sarah Ebiela Ibrahim, 9 tahun; dan Dayana Zoelie Ibrahim, 7 tahun, untuk mencintai alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengajak Abbey dan Zoe—panggilan kedua anaknya--membantunya setiap hari, dari menanam, menyiram, memindahkan tanaman, memberikan pupuk atau pestisida, sampai memanen. "Anak-anak juga jadi lebih menghargai makanan karena tahu proses sampai panennya lama," ujarnya.
Zoe yang menjadi kepala kebun mini. Dia tahu ketika salah satu tanamannya tak sehat. Mereka akan mencari tahu penyebabnya bersama. Misalnya apakah karena kekurangan unsur hara, serangan hama, atau akarnya busuk lantaran kebanyakan disiram.
Artika mempelajari cara mengatasinya langsung dari petani. Ia bergabung dalam grup WhatsApp yang berisi para pekebun dari berbagai daerah. Mereka saling berbagi ilmu, dari mengatasi tanaman yang layu sampai belajar cara membuat pestisida organik. Ia membeli bibit dan media tanam di Kebun Kumara milik Soraya Cassandra di Ciputat, Tangerang Selatan.
Saking senangnya merawat tanaman, Zoe sampai meminta secara khusus kepada Artika tanaman yang hendak dia tanam. “Anak-anak senang karena, sejak ada kebun, jadi banyak kupu-kupu yang datang,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo