SEORANG tamu lain, mengaku datang ke Indonesia karena "godaan"
Prof. Futaki. Shekh Muhammad Ali Al-Harakan, 70 tahun, Sekjen
Rabithah 'Alam Islami (Liga Dunia Islam), dikabarkan selama ini
tidak begitu tertarik datang ke sini, entah kenapa -- sampai ia
"diobroli" oleh saudara Jepang itu di pertemuan Kolombo. Dari
sana ia langsung ke mari, dan menjadi tamu Menteri Alamsyah
bahkan diterima Presiden dan Wapres, selain tentu saja bertemu
Buya Hamka misalnya. Waktu meninjau penampungan anak yatim piatu
di kompleks pesantren Asy-Syafi'iyah, tokoh yang bekas Menteri
Kehakiman Saudi ini -- dan juga bekas hakim pengadilan syari'ah
di Jiddah -- tiba-tiba menangis.
Di waktu yang hampir bersamaan juga datang tamu lain dari Saudi
Sayyid Muhammad Alawy Maliki, 40 tahun, khusus ke Surabaya. Ia
Wakil Rektor Universitas Raja Abdul Aziz di Riyadh dan ulama
yang turut mendukung keputusan hukuman mati bagi para perusuh di
Masjidil Haram tempo hari.
"Saya mengantar murid-murid saya," katanya. Kedua muridnya telah
lulus dan pulang -- yakni santri pondok yang juga dipimpinnya,
sebuah "pesantren" dalam tradisi Wahhabi. Muridnya cukup banyak
dari Indonesia. Waktu berada di Pesantren Bangil, Jawa Timur,
tiba-tiba ia dilarang memberi ceramah oleh polisi setempat.
Mengapa? Pihak pengundang lupa meminta izin, ternyata.
Tak jelas apa yang dibawanya pulang sebagai oleh-oleh. Adapun
Shekh Harakan, tamu Menteri Alamsyah tadi, waktu kembali dari
satu pesantren di Ja-Tim dan mampir di Surabaya telah membeli
.... selusin kopiah haji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini