PROF. Dr. Shawqi Futaki, Presiden Kongres Islam Jepang (memeluk
Islam 5 tahun silam) pertengahan Januari lalu menjejakkan kaki
di Indonesia buat pertama kali. Ia bersama rombongan Kongresnya
menjadi tamu Menteri Agama Alamsyah selama seminggu.
Bertemu Wakil Presiden Adam Malik, dijamu Majlis Ulama, juga
meninjau Rumah Sakit Islam Yarsi di Jakarta dan berbagai
pesantren di Jawa serta Sumatera Barat. Singkatnya: acara
padat. Namun dalam usia yang 78 tahun kini, Futaki yang juga
Direktur Royal Clinic di Tokyo itu tidak menunjukkan rasa letih.
Menurut seorang stafnya, ia akan marah bila ada yang bertanya:
"Tidak capek, Abuya?" Maklum, ia juga berlatih karate dua kali
seminggu.
Tentang kunjungan mereka, yang diharapkannya turut membina
hubungan rakyat kedua bangsa, ia berkomentar: "Tak hanya
persahabatan antar pemerintah, yang lebih berbau dagang."
Sambutan yang diterimanya dari saudara seagamanya di sini
dirasakannya berkibar-kibar. Tak heran bila setibanya di Kolombo
dari Indonesia, untuk menghadiri pertemuan menyambut Abad ke-15
akhir Januari itu, ia selalu mempropagandakan negeri kita. "Bila
tuan satu tempo datang ke Indonesia," katanya kepada tamu-tamu
asing di sana, "niscaya tuan pulang dengan menitikkan air mata."
Mengapa? Rupanya lebih dari yang bisa diucapkan. Sebab, seperti
dikatakannya: "Sepulang dari Indonesia, saya kok merasa menjadi
minoritas Indonesia di Jepang .... "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini