RABU malam pekan lalu, Euis Darliah, 31 tahun, menyanggul rambut, lalu membungkus tubuhnya dengan kebaya brokat lengkap dengan selendang. Anak-anak kampung pun merubung halaman rumah orangtua Euis di Jalan Cimareme, Bandung. Apa jago jingkrak ini sudah kapok? Belum. Euis masih meletup. Di sampingnya ada cowok bule tinggi, Peter Gesar, yang hari itu menjadi tunangan Euis. Pemuda asal Swedia berusia 25 tahun itu nampak memakai peci. Kabarnya, hari itu Peter akan diislamkan. Tapi malam itu, Gesar, dengan sebuah anting-anting di telinga kiri, belum sempat mengucapkan dua kalimat syahadat. "Harap sabar. Sedikit-sedikit dulu. Sekarang baru pecinya dulu," kata R.E. Mumung, ayah Euis, meyakinkan. "Maunya sih jalan masing-masing aja. Aku tetap Islam, dia terus Kristen. Soal masuk Islam, itu sih, keluarga yang ingin," ujar Euis. Buat Euis janda dengan satu anak dari suami pertama -- soal agama dan kulit tak pernah jadi soal. Meski perkawinan sebelumnya dengan cowok Turki, Mehmed, kandas di perjalanan. Konon, setelah itu sang rocker mecoba pacaran dengan cowok Jawa. "Tapi serem banget. Malah mutusin gitu aja. Alasannya, orangtuanya nggak suka," ujar Euis. Jadi, biar hitam, biar putih nggak soal. "Budaya sih gampang. Pokoknya, ikke tau dia. Dia itu fair, terbuka. Dan aku pingin punya anak, jret, gitu." Peter cintrong berat sejak Euis dikenalnya di Los Angeles, Maret lalu, ketika lagi melancong. "Dia itu manis, cantik, dan good singer," kata Peter kepada Hedy Susanto dari TEMPO, "saya mencintai bangsa Anda yang ramah." Terima kasih Peter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini