Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERMULA dari cerita pertemanan, buku karya penulis dan blogger Agus Mulyadi berjudul Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih diadaptasi menjadi film. “Fajar Nugros, produser film dari IDN Pictures, memang sering membeli buku di toko buku online milik kami, saya dan Kalis. Dan kalau beli tidak hanya satu atau dua, dia sering memborong gitu,” kata Agus kepada Tempo, Rabu, 21 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suatu hari Fajar membeli buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih. Agus mengungkapkan, Fajar merasa cuplikan-cuplikan kisah di buku itu cocok untuk difilmkan karena bercerita tentang kekonyolan-kekonyolan istri Agus Mulyadi, Kalis Mardiasih. “Eh, bukan istri, dulu masih pacar gitu. Jadi soal kekonyolan-kekonyolan Kalis sebagai pacar saya dan bagaimana kami menjalani hubungan,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus mengatakan, dalam proses adaptasi, dia tidak mewajibkan pembuatan film Seni Memahami Kekasih sesuai dengan buku karyanya. Dia menyadari isi buku karangannya yang terbit pada 2020 itu tidak bisa diubah 100 persen menjadi adegan visual.
“Makanya, kalau saya ditanya berapa persen yang persis antara buku dan film, saya menjawab bahkan tidak sampai 70 persen. Mungkin hanya 55 atau 60 persen, sisanya ada improve dari penulis skenario, sutradara, dan saya pribadi,” tutur Agus.
Film Seni Memahami Kekasih besutan sutradara Jeihan Angga tersebut bercerita tentang perjalanan cinta pasangan Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih yang dibalut tema komedi romantis. Menurut Agus, latar belakang kisah asmara dalam film yang rencananya akan tayang di bioskop pada 5 September 2024 itu mungkin bisa memberi warna baru dalam romansa anak muda.
“Selama ini kita lebih sering mendengar kisah asmara orang kaya dengan orang kaya atau orang miskin dengan orang kaya. Tapi jarang sekali kisah komedi romantis yang membahas dinamika asmara orang miskin dengan orang miskin, antara orang medium ugly dan orang yang memang tidak punya privilese gitu,” ucap Agus.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dari Cuplikan Kekonyolan Menjadi Film"