Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Model Kevin Liliana kerap dapat komentar negatif di akun media sosialnya.
Kevin mengajak perempuan Indonesia menghormati dan mendukung setiap keputusan hidup sesamanya.
Tip menghindari dampak komentar negatif dengan membatasi akses media sosial dan menghindari komentar toxic.
PEMENANG kontes Miss International 2017 di Jepang, Liliana Junaedy atau Kevin Liliana, berharap peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 turut membawa kesadaran bagi para perempuan untuk saling mendukung. Dia berharap para perempuan Indonesia bisa merasa merdeka menampilkan pilihan hidup masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Runner Up 1 Puteri Indonesia 2017 ini mengatakan masih sering menemukan komentar negatif di akun media sosial atau medsos pribadinya. Kevin memang kerap mengunggah foto kegiatannya sebagai ibu, istri, dan model. Perisakan itu lebih banyak dilakukan akun dengan profil atau identitas perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya biasanya membatasi akses media sosial dan melewatkan komentar yang toxic,” kata Kevin saat ditemui Ecka Pramita dari Tempo, Jumat, 5 Agustus lalu.
Hal ini merujuk pada tren mom-shaming atau komentar negatif terhadap keputusan seorang ibu, biasanya berkaitan dengan pola asuh anak hingga kesibukan kerja. Juga single-shaming atau ejekan terhadap perempuan yang tak kunjung memiliki pasangan atau menikah.
Model kelahiran 5 Januari 1996 ini menuturkan, komentar negatif bisa mempengaruhi pikiran dan suasana hati. Beberapa pernyataan warganet bahkan bisa menimbulkan krisis kepercayaan diri. “Pentingnya komitmen dan dukungan sesama, agar perempuan dapat merdeka menentukan versi terbaik dirinya,” ucapnya.
Sebagai figur publik, Kevin menambahkan, ia tengah berupaya memberikan contoh bagi para pengikutnya, terutama kalangan perempuan, untuk memiliki sikap positif. Dia berharap para perempuan dapat menghormati keberagaman pilihan yang diambil sesamanya. Dengan begitu, setiap individu dapat percaya diri menjalani kehidupan masing-masing. “Ingatlah, setiap orang punya pengorbanan masing-masing. Tak ada yang lebih baik. Semua sama,” tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo