Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENULIS Dewi Lestari alias Dee Lestari membagikan pengalamannya sepulang menjadi pembicara dalam pameran buku Doha International Book Fair 2024 di Qatar, pertengahan Mei 2024. Dalam pameran buku bergengsi di Timur Tengah itu, Dee mengisi diskusi bertajuk “The Contemporary Landscape of Indonesian Literature”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di sana saya bicara tentang tantangan industri perbukuan, kondisi literasi, tren perbukuan, digitalisasi, serta potensi dan gairah kreatif para penulis muda di Indonesia,” kata Dee kepada Tempo, Selasa, 28 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Dee, masyarakat di Qatar belum mengenal medan perbukuan Indonesia. “Jadi pilihan tema diskusi itu sekaligus untuk memperkenalkan peta besar perbukuan di Indonesia saat ini,” ujar perempuan bernama lengkap Dewi Lestari Simangunsong tersebut.
Salah satu isu yang dibahas adalah pembajakan buku secara umum, termasuk di Indonesia. Dee mengaku tak banyak yang penulis bisa lakukan. Sebagai penulis, ia tidak punya perangkat ataupun akses untuk melawan pembajakan.
“Yang bisa kami lakukan hanya memberi imbauan moral kepada pembaca agar tidak membeli buku bajakan karena ini mencederai profesi kami,” tutur penulis novel Supernova, Perahu Kertas, dan Aroma Karsa itu.
Isu tersebut menjadi pekerjaan rumah dunia perbukuan secara keseluruhan. Karena itu, Dee menambahkan, diperlukan strategi besar yang bersifat holistik untuk melawan pembajakan, dari pencegahan hingga pemberian hukuman. “Ini harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, penerbit, kepolisian, dan marketplace,” ucapnya.
Strategi itu termasuk memberi masyarakat kemudahan mengakses buku bermutu dengan harga terjangkau, misalnya lewat pemberian subsidi seperti yang dilakukan di India. “Kalau tidak ada peta yang jelas dan semua pihak mencoba sendiri-sendiri, menurut saya, sampai kapan pun pembajakan tidak teratasi,” ujarnya.
Namun, di luar kegelisahan terhadap pembajakan buku, ada hal-hal yang membuat Dee masih optimistis memandang kondisi literasi di Indonesia. Salah satunya semangat berkreasi para penulis muda yang, menurut dia, sampai hari ini tidak pernah padam. “Sebab, kebutuhan bercerita dan mengkonsumsi cerita memang sesuatu yang inheren dalam diri manusia,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Resep Melawan Pembajakan Buku".