DRAMAWAN N. Riantiarno dan istrinya, Ratna, disambut hangat di Australia. Mau beranjak dari hotel pun sampai sulit karena sibuk diwawancarai pers sana. Mereka diundang untuk melongok Opera Kecoa, yang telah diterjemahkan John McGlynn dari Yayasan Lontar, yang dipentaskan sebulan di Belvoir Street Theatre, Sydney. Pers Australia yang menonton Cockroach Opera justru heran kenapa drama komedi yang sarat kritik sosial ini bisa dipentaskan di Jakarta. Padahal, begitu menurut pers sana, Indonesia tidak mengenal kebebasan berekspresi. Riantiarno pun lantas bilang, "Saya hanya memberikan sebuah cermin kepada masyarakat. Kalau mereka mau melihat, silakan, kalau tidak, ya tidak apa-apa." Nano, panggilan Riantiarno, mengaku puas naskahnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Walau, "Terasa lebih kasar karena penuh dengan kata-kata 'itu'." Maksudnya, kata makian seperti bangsat, bajingan, atau mampus, diterjemahkan secara hantamkromo menjadi bahasa slang fuck. Padahal, demikian Nano, katakata itu hanya untuk mengungkapkan sumpah serapah yang kadar kejorokannya kecil. Toh Cockroach Opera pada malam perdana Selasa pekan lalu itu banyak mendapat sambutan. Nano dipuji dan diciumi banyak orang. Ratna hanya senyum-senyum. "Biar, deh. Kapan lagi dia dicium-cium wanita cantik seperti itu," komentar Ratna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini