Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Ditawari main film

Haji abdul malik karim amarullah, 69, mendapat tawaran main film. tawaran ditolak meskipun honornya besar. manusia menempuh jalan sesuai dengan bakatnya, jangan memaksa diri katanya.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAJI Abdul Malik Karim Amarullah lebih kebeken dengan panggilan Buya Hamka, pernah dijenguk orang film. Dia sendiri tldak ingat siapa namanya, tapi kunjungan di bulan puasa itu memberi tawaran kepada Buya untuk main film. Judul film: Isteri Mata Duitan. Semula Buya yang juga duduk sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia tidak menolak. Boleh-boleh saja tampangnya terpampang di layar putih, asal dibidik ketika memberi ceramah sunguhan. Misalnya di Mesjid Agung Al Azhar, Kebayoran. Tapi sutradara maunya lain: ingin menampilkan Hamka sebagai pemberi ceramah, dan yang mendengar ceramah itu orang-orang film sendiri. Akting dan segalanya sengaja diatur untuk Isteri Mata Duitan. "Itu saya tidak mau," ujar Buya. "Untuk apa saya berpura-pura memberi khotbah kalau hanya untuk film?" Dia menyesalkan sebuah harian yang memuat berita, bahwa Hamka akan turut serta dalam Isleri Mata Duitan. Surat bantahan pun dibuat. Tambah Buya lagi, sambil menjulurkan kakinya di meja: "Manusia kan sudah menempuh jalannya sesuai dengan bakatnva. Untuk apa lagi saya main film, itu kan memaksa diri. Meskipun honornya besar, saya tidak mau." Umurnya kini 69 tahun, 17 Pebruari yang lalu. Acara setiap minggunya cukup padat. Malam Jum'at akhir bulan muncul di teve. Suaranya berkumandang di waktu subuh setiap hari Senin, Selasa dan Rabu di corong RRI. Minggu pagi di Mesjid Al Azhar. "Dan saya yakin bahwa jalan saya hanya sekitar dakwah," katanya lagi sambil membetulkan letak lengan kemeja potongan Cina yang putih bersih. "Seperti di film itu, 'kan hanya pura-pura saja." Cuma pernah, sekitar bulan Oktober tahun lalu, Hamka dilarang muncul di teve karena peristiwa Sawito. Seumur hidupnya, Hamka belum pernah menerima ijazah sekolah. Sekolahnya berhenti sampai kelas 2 Sekolah Dasar saja. "Tapi sesudah itu saya belajar keras setengah mati," ujarnya. "Baca sendiri segala macam buku dan harus mempunyai keberanian luar biasa. Karena itu, jangan ditiru oleh anak-anak sekarang." Ketika umurnya 16 tahun, dari Sumatera Barat merantau ke Yogya. Di sanalah Hamka mulai ikut dalam pergerakan Islam dan belajar dari Almarhum HOS Tjokroaminoto. Umur 19 tahun. naik haji. Di situlah lahir inspirasinya untuk membuat roman Di Bawah Lindungan Ka'bah. Bukubuku roman lainnya yang pernah ditulisnya antara lain Merantau ke Deli, Tuan Direktur, A ngkatan Baru dan tahun 1950 keluar Menunggu Beduk Berbunyi, sebagai buku romannya terakhir. Tahun 1958 mendapat gelar Ulama Besar dari Universitas Al Azhar di Kairo. Juni 1974 mendapat gelar Doktor H.C. dari National University di Kuala Lumpur. Ayah 7 orang anak laki-laki dan 3 orang perempuan ini jadi duda di tahun 1972. Setahun kemudian - atas anjuran anak-anaknya - Hamka menikah lagi dengan seorang janda dari Cirebon. Di waktu senggangnya, dia lalap semua majalah seperti Femina, sampai ke Lelaki, Adam & Eva dan Ultra. Juga novel-novel Motinggo Busye. "Memang banyak bau seksnya," kata Buya, "tapi pengarangnya tidak pernah lupa menonjolkan segi baiknya. Orang-orang yang tidak jujur yang dihantam Motinggo. Di situlah letak bagusnya. Tetapi memang banyak bau seksnya." Setiap pagi Hamka tidak pernah absen jalan kaki sekitar rumahnya sebagai olahraga . Malam hari jarang keluar. Pergi ke bioskop yang terakhir di tahun 1962. "Teve banyak menolong saya," katanya lagi. "Kan ada Ironside lannix dan macam-macam. Dari situlah hiburan saya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus