Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Selamat dari pembajakan

Kardono, dirjen perhubungan udara beserta istrinya sempat dibajak selama 132 jam dalam pesawat jal. kedatangannya disambut gembira oleh emil salim, haryono nimpono dan anak anaknya.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"WAH. tunggu dulu, jangan tanya saya. Saya harus lapor bos dulu," kata Dirjen Perhubungan ldara Marsekal Muda Kardono. Begilu turun dari pesawat Thai International, begitu banyak orang ingin menyalaminya lengkap dengan berbagai pertanyaan. Menteri Perhubungan Emil Salim memeluknya erat-erat. Dirjen Perhubungan Laut Haryono Nimpuno bahkan sempat membopongnya beberapa putaram Sementara itu Rochayaty Kardono, sang nyonya, berpelukan sambil menangis dengan anak-anaknya. Kardono adalah salah seorang yang mendapat "kenikmatan" dibajak oleh apa yang menamakan diri mereka Tentara Merah Jepang, selama 132 jarn 40 menit. Dalam pesawat JAL yang dibajak itu ada 16 macam kewarganegaraan. Yang pertama tahu pesawat dibajak, konon nyonya Kardono. "Isteri saya melihat terus pada seorang pembajak yang pakai kumis," cerita Kardono. Bukan karena apa-apa -- karena lucu, sebab kumisnya menceng. Si pembajak ternyata pakai kumis palsu. Kardono bercerita cukup panjang. Mungkin karena lelah, kalimat dan jalan ceritanya sedikit kacau. Tindakan pertama para pembajak adalah pengumuman kepada penumpang bahwa pesawat dibajak. "Kami tidak memusuhi kalian, tapi Pemerintah Jepang yang imperialis," begitu alasan mereka. Kemudian mereka disuruh tutup jendela. Lantas seluruh jam tangan, vulpen, dan apa saja milik penumpang, dikumpulkan dalam satu baki. "Tangan saya memang saya copot jamnya," lanjut Kardono dengan kalimat yang masih kacau, "tapi katul lagi (terwah red) ke tangan saya." Jam itu dia taruh di bawah bantalan kursi. "Lha jam tangan saya ini kan termasuk mahal," tambahnya. Mereknya Rolex, emas, dan berkronometer. Marsekal Muda yang lahir di Kemusu Yogya ini (satu desa dengan Presiden Suharto) berhasil tipuannya agar isterinya dilepas lebih dulu. Secara sembunyi dia mengerok tengkuk isterinya sampai merah hitam (mungkin juga masuk angin betulan). Lantas oleh dokter yang kebetulan ada di pesawat, dilaporkan. Karena takut penyakit menular, isterinya dilepas oleh pembajak -- masih di lapangan udara Dacca. "Fisik saya kuat, keadaan sehat oleh karena baru saja . . . ah, apa namanya . . . berpuasa. Jadi kalau hanya 12 jam ndak makan saja, ya kuat," ceritanya lagi. Kardono salah seorang dari 12 penumpang yang dilepas pembajak paling akhir di Aljazair. Kedutaan RI di sana menyediakan sebuah wisma untuk istirahat. Kardono menolak, dan mengajukan dua permintaan saja: telepon ke Jakarta ke Emil Salim, dan cukur janggut. Kardono bertemu kembali dengan isterinya (dan kedua anaknya yang menyusul) di Bangkok Adapun para pembajak yang masih di Aljazair, terakhir kali melemparkan surat terbuka berupa ancaman kepada Perdana Menteri Takeo Fukuda. Surat tersebut disiarkan Kantor Berita Reuter. Pemerintah Jepang kemudian minta kepada Pemerintah Aljazair untuk menyampaikan uang tebusan (AS$ 6 juta, tapi kabarnya tidak sejumlah itu lagi) dan ekstradisi untuk para pembajak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus